Kisah Warga Keturunan Tionghoa Non Muslim Bantu Pembangunan Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf

Pembangunan masjid dimulai tahun 1994

Muhammad Yunus
Selasa, 05 April 2022 | 13:22 WIB
Kisah Warga Keturunan Tionghoa Non Muslim Bantu Pembangunan Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf
Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf di Kota Makassar, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]

SuaraSulsel.id - Saat berada di tengah Padang Arafah. Jenderal M Jusuf mengungkapkan keinginannya. Untuk membangun sebuah masjid. Hal tersebut ia sampaikan ke Jusuf Kalla.

Jenderal Jusuf ingin Kota Makassar punya tempat ibadah yang luas. Mirip Masjidil Haram di Kota Mekkah.

Pembangunan masjid ini dimulai tahun 1994. Butuh dua tahun membangun. Sehingga menjadi masjid terbesar di timur Indonesia.

Pembangunan masjid Al Markaz Al Islami juga menunjukkan tingginya harmonisasi di Indonesia. Sebab pembangunannya tidak hanya melibatkan kalangan muslim. Tapi juga pengusaha non muslim.

Baca Juga:Beberapa Artis Non- Muslim Ini Turut Berpuasa, Ada Amanda Manopo dan Olivia Jensen

Non muslim juga memiliki peran. Mereka membantu pembiayaan masjid yang menjadi pusat ibadah dan kebudayaan Islam di Indonesia.

Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf di Kota Makassar, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]
Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf di Kota Makassar, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]

Pengurus Masjid Al Markaz Muhammad Mawardi mengatakan, pembangunan Masjid Al Markaz menelan dana yang cukup besar saat itu. Sekitar Rp17 miliar.

Dana itu berasal dari beberapa donatur. Seperti Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, dan pendiri Sinar Mas Group Eka Tjipta Widjaja yang bukan beragama Islam.

"Eka Tjipta inilah yang non muslim. Keturunan Tiongkok. Ada juga dana dari pak jenderal (M Jusuf)," ungkapnya, Selasa, 5 April 2022.

Sang arsitek lokal, Ahmad Nu'man kemudian diminta merancang pembangunan masjid tersebut. Konsepnya sesuai keinginan Jenderal Jusuf. Meniru Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Baca Juga:Tiga Pemain Sepak Bola Non Muslim yang Takjub dengan Agama Islam, Ada Cristiano Ronaldo

Suasana salat tarawih di Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal Muhammad Jusuf Makassar 1442 Hijriah / [SuaraSulsel.id / Istimewa]
Suasana salat tarawih di Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal Muhammad Jusuf Makassar 1442 Hijriah / [SuaraSulsel.id / Istimewa]

Itu bisa dilihat pada desain menara Masjid Al Markaz. Tingginya 84 meter, hanya kurang satu meter dari Masjid Nabawi.

Tapi, Ahmad Nu'man, sang arsitek masjid besar di Indonesia ini tidak serta merta melupakan unsur suku Bugis Makassar dalam hasil karyanya. Sentuhan tradisional dilekatkan pada atap.

Atapnya terdiri dari genteng tegola alias produk penutup modern buatan Italia. Pada lantai satu, dindingnya menggunakan keramik dan lantai dua, dan tiga menggunakan batu granit.

"Segi bentuk mengikuti masjid Katangka, di Gowa. Atap berbentuk kuncup segi empat, sama seperti proses kehidupan Appa Sulappa," kata Mawardi.

Di dalam ruangan masjid, sentralisasi visual dari bahan granit hitam dengan ragam kaligrafi menghiasi masjid yang diambil dari beberapa ayat Alquran.

Lafaz "Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad Rasul Allah," satu diantaranya.

Di atas mihrab terdapat penggalan ayat dari Surat Al-Baqarah : 144, 'Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram'.

Di bulan ramadan seperti sekarang ini, Masjid Al Markaz memang punya daya tarik tersendiri. Halaman masjidnya dijadikan pasar ramadhan.

Suasana salat tarawih di Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal Muhammad Jusuf Makassar 1442 Hijriah / [SuaraSulsel.id / Istimewa]
Suasana salat tarawih di Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal Muhammad Jusuf Makassar 1442 Hijriah / [SuaraSulsel.id / Istimewa]

Setiap hari ada ribuan orang yang memadati masjid tersebut. Tak sekadar beribadah, namun juga berwisata religi.

"Seperti mengadakan lomba tadaruzan bagi remaja dan Majelis Ta'lim. Alhamdulillah, tahun ini lebih ramai dibanding dua tahun terakhir karena pandemi," ujarnya.

Kata Mawardi, tahun 2015 lalu nama masjid kemudian diubah menjadi Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M.Jusuf. Namanya disematkan sebagai bentuk penghargaan kepada sang jenderal.

"Pengurus masjid memasukkan namanya sebagai ungkapan terima kasih saat beliau meninggal tahun 2004," tukasnya.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini