Kerusuhan Massal Akibat Krisis Ekonomi di Sri Lanka, Pemerintah Blokir Akses Media Sosial

Pemerintah menetapkan status darurat untuk mengatasi kerusuhan massal

Muhammad Yunus
Minggu, 03 April 2022 | 15:18 WIB
Kerusuhan Massal Akibat Krisis Ekonomi di Sri Lanka, Pemerintah Blokir Akses Media Sosial
Pengunjuk rasa menghindari gas air mata yang digunakan polisi di dekat kediaman Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa saat protes terhadap presiden atas banyak krisis yang terjadi di negara tersebut setelah 13 jam tanpa listrik akibat kekurangan mata uang asing untuk mengimpor bahan bakar, di Kolombo, Sri Lanka, Kamis (31/3/2022) [Suara.com/Antara]

Belum jelas apakah status darurat saat ini juga memungkinkan hal yang sama.

Aksi-aksi protes juga menandai penurunan drastis dukungan politik bagi Presiden Rajapaksa, yang merebut kekuasaan sejak 2019 dengan janji menstabilkan situasi.

Lebih dari dua puluh tokoh oposisi berhenti di barikade polisi saat berjalan menuju Lapangan Merdeka. Beberapa di antaranya meneriakkan "Gota Go Home" (Gotabaya Pulang Saja).

"Ini tak bisa diterima," kata pemimpin oposisi Eran Wickramaratne sambil bersandar di barikade. "Ini adalah demokrasi."

Baca Juga:Curhat Sopir Truk Nyasar ke Kompleks Makam, Ngakunya Melintas di Jalan Raya Biasa

Inspektur polisi Nihal Thalduwa mengatakan 664 orang telah ditangkap. Karena melanggar aturan jam malam di Provinsi Barat, wilayah administratif paling padat penduduk yang mencakup Kolombo.

Para kritikus mengatakan penyebab krisis terburuk dalam beberapa dekade itu adalah salah urus ekonomi oleh pemerintah yang menimbulkan defisit kembar: kekurangan anggaran dan defisit transaksi berjalan.

Krisis saat ini diperparah oleh pemotongan pajak besar yang dijanjikan Rajapaksa saat kampanye pemilu 2019, beberapa bulan sebelum pandemi COVID-19 mulai menghantam ekonomi negara itu.

Di halte bus pemerintah Pettah di Kolombo, pelukis Issuru Saparamadu mengaku putus asa mencari cara untuk pulang ke rumahnya di Chilaw, sekitar 70 km dari sana.

Ketika angkutan umum berhenti beroperasi selama jam malam, Saparamadu mengatakan dia tidur di emperan jalan. Setelah bekerja sepanjang pekan di Kolombo.

Baca Juga:Viral di Toraja, Pohon Keramat Yang Tumbang Baru Bisa Dievakuasi Setelah Ritual Aluk Todolo

"Saya tak bisa pulang. Saya terjebak (di sini)," kata dia. "Saya sangat frustrasi."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini