Makna simboliknya adalah tanggal 19 merupakan tanggal kesadaran Sulawesi Selatan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dimana pada Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 19 Agustus 1945, peserta dari Sulawesi Selatan dengan semangat dan antusias serta secara spontanitas melepaskan segala atribut kerajaan bergabung dalam negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian, bulan Oktober bermakna penting. Terdapat dua momentum simbol kebersamaan dan persatuan yang telah terjadi di wilayah ini pada bulan itu.
Pertama, kesepakatan para raja di kawasan Sulawesi Selatan untuk mendukung Dr Ratulangi menjadi Gubernur pertama Provinsi Sulawesi pada tanggal 15 Oktober 1945. Kemudian, peristiwa rekonsiliasi raja-raja bersaudara yang terlibat dalam perang Makassar, dimana rekonsiliasi ini berlangsung pada bulan Oktober 1674.
Baca Juga:DPD Pospera Sulsel Perkuat Kepengurusan Lewat Kemah Silaturahmi
Sedangkan tahun 1669, merujuk pada fakta dan data sejarah, tahun itu berakhirnya Perang Makassar. Dalam tahun tersebut, telah terjadi peristiwa heroisme yang luar biasa, dimana para "tubarani" telah mempertaruhkan segala daya dan upaya dalam perang 40 hari 40 malam sebelum Benteng Somba Opu dihancurkan oleh pihak penjajah.
Semangat tak kenal menyerah direfleksikan para tubarani dengan melakukan gerakan hijrah ke Pulau Jawa. Mereka bergabung bersama pejuang lainnya untuk menentang penjajahan yang diwariskan hingga pertengahan abad 20.
Bagi mereka, kekalahan dalam pertempuran bukanlah menghancurkan semangat untuk melanjutkan perang. Tetapi yang utama adalah melawan kelicikan, kesombongan dan keangkaramurkaan yang sudah diwariskan kolonial Belanda.
Pada tahun 1669 inilah titik awal mulanya kesadaran seluruh masyarakat daerah yang terlibat dalam perang Makassar. Selama ini mereka telah dipecah belah oleh pihak-pihak asing yang bermaksud mengambil keuntungan dari pertentangan antara kerajaan bersaudara dan masyarakat yang masih terikat dalam pertalian darah (genealogis) yang dekat.
Pilihan tahun yang bersejarah itu juga dimaksudkan menggugah hati nurani dan kesadaran masyarakat Sulawesi Selatan, bahwa sampai kapanpun untuk tetap meningkatkan kewaspadaan secara terus menerus dari bahaya perpecahan, dengan tetap menjaga kebersamaan serta mengembangkan persatuan di kalangan warga Sulawesi Selatan. Kita harus terus melanjutkan pembangunan yang bertujuan pada masyarakat sejahtera dan cinta pada tanah air.
Baca Juga:Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan Senin 18 Oktober 2021
Kontributor : Lorensia Clara Tambing