Direktur RSPAD : Obat Kanker Dikembangkan untuk Lawan Covid-19

Penelitian vaksin nusantara menggunakan sel denditrik akan mengikuti kaidah ilmiah

Muhammad Yunus
Senin, 19 April 2021 | 13:22 WIB
Direktur RSPAD : Obat Kanker Dikembangkan untuk Lawan Covid-19
Kapuspen TNI Mayjen Achmad Riad mengatakan RSPAD hanya menyediakan sejumlah peralatan dan tim medis yang membantu penelitian Vaksin Nusantara. (Suara.com/Tyo)

SuaraSulsel.id - Direktur Pelayanan Kesehatan RSPAD Gatot Soebroto, Brigjen TNI Nyoto Widyo Astoro, memastikan penelitian vaksin nusantara yang menggunakan sel denditrik akan mengikuti kaidah ilmiah.

"Ini adalah suatu penelitian sel denditrik di RSPAD gitu ya. Dan penelitian ini nanti harus mengikuti kaidah-kaidah ilmiah," kata Nyoto, di Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur, Senin 19 April 2021.

Nyoto menjadi salah satu narasumber pada jumpa pers tentang vaksin nusantara yang dipimpin Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayor Jenderal TNI Ahmad Riat.

Nyoto menjelaskan, sel denditrik sebetulnya sudah digunakan untuk pengobatan kanker. Namun saat ini dikembangkan untuk penanganan Covid-19.

"Memang ini dicoba barangkali untuk membuat vaksin yang dari dendritik terutama ditujukan untuk vaksin, diharapkan untuk vaksin Covid-19," jelasnya.

Oleh karena itu, penelitian Vaksin Nusantara akan dilakukan secara baik. Sehingga bisa sesuai kaidah ilmiah yang berlaku.

Baca Juga:Positif Covid-19, Dua Penumpang di Bandara Radin Inten II Gagal Terbang

"Diterima secara ilmiah kemudian memang harus disetujui oleh beberapa pemangku. Untuk melegalkan denditrik tersebut untuk pembuatan vaksin dalam hal ini," ujarnya.

Mengenai gejala ikutan sebagai akibat pemberian vaksin, di antaranya rasa sakit, demam dan lainnya, kata Nyoto, hal itu merupakan hal biasa.

"Itu kan gejala-gejala yang bisa diatasi. Artinya itu adalah efek samping ya, tapi bisa diatasi barangkali kalau yang gejala-gejala normal, yang muncul-muncul itu bidang pokok penelitian pasti itu lah yang akan dicatat gejala efek samping," kata dia.

Efek samping dalam uji coba penelitian itu, kata dia, akan dicatat dan dilaporkan kepada BPOM dan TNI tidak akan menutup-nutupi semua gejala yang muncul selama proses penelitian.

"Semua gejala-gejala tidak ada yang ditutupi atau tidak dilaporkan. Jadi semua gejala akan dilaporkan. Dan nanti tentu saja yang nanti akan menilai adalah BPOM, apakah gejala ini bisa layak dan sebagainya dalam vaksin ya, tapi itu hal yang biasa," katanya.

Baca Juga:Heboh soal Vaksin Nusantara, Mabes TNI: Vaksin Nusantara Bukan Program TNI

Vaksin lainnya, kata dia, juga kerap memicu gejala efek samping. "Karena vaksin-vaksin yang lain pun ada pegal-pegal badannya, kadang-kadang sakit di tempat suntikan, jadi lemas dan sebagainya, itu semua gejala-gejala tersebut juga barang kali juga muncul pada vaksin-vaksin yang lain," ucapnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini