SuaraSulsel.id - Kusta adalah penyakit menahun yang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang disebut Multi Drugs Treatment (MDT).
Tetapi permasalahan stigma dan perlakuan diskriminatif dari banyak orang terhadap penyakit kusta dan terhadap orang yang pernah mengalami kusta di Indonesia masih sangat tinggi.
Banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa kusta adalah penyakit akibat kutukan. Penyakit yang disebabkan oleh guna-guna dan atau penyakit yang disebabkan karena keturunan.
"Bahkan ada yang menganggap penyakit kusta tidak dapat disembuhkan," kata Ketua Perhimpunan Mandiri Kusta (PerMaTa) Agus wala, kepada SuaraSulsel.id, Jumat 29 Januari 2021.
Baca Juga:Mengenal Kusta, Penyakit Menular yang Sering Dianggap Hasil Guna-Guna
Ironisnya, kata Agus, anggapan-anggapan di atas juga menjadi pemahaman sebagian tenaga medis yang masih awam dengan kusta. Termasuk dokter dan perawat.
Sehingga dalam penanganannya, banyak yang keliru dan berakhir diskriminasi. Sebagai contoh orang yang sedang menderita penyakit kusta dikucilkan dari keluarga dan lingkungannya.
Mereka menjadi putus sekolah sehingga tingkat pendidikan mereka sangat rendah. Mereka kena PHK dari tempat kerja mereka.
"Intinya ruang lingkup dari orang yang pernah mengalami kusta menjadi sangat terbatas," kata Agus.
Stigma dari dalam diri sendiri juga menjadi momok utama bagi orang yang sedang dan pernah mengalami kusta. Mereka menjadi minder, tidak mau bergaul dan mengucilkan diri.
Baca Juga:Ada Bercak Putih di Badan? Waspada Penyakit Kusta
Agus mengatakan, Indonesia masih menduduki peringkat ketiga dunia setelah Brasil dan India dalam penemuan kasus kusta baru setiap tahun.
Lebih dari 20.000 kasus ditemukan setiap tahun di Indonesia. Penyakit kusta sendiri sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Tetapi pertanyaan pentingnya mengapa stigma dan diskriminasi masih tetap ada.
Peringatan hari kusta sedunia diharapkan menjadi media kampanye. Untuk dapat menyuarakan stop stigma dan diskriminasi bagi penderita kusta.
Peringatan Hari Kusta Sedunia 2021 akan dilaksanakan pada 30 sampai 31 Januari 2021. Kegiatan dilakukan dengan menyertakan kampanye melawan Covid-19 di Kota Makassar.
"Dengan cara kampanye di jalan, dialog di TV dan radio serta seminar online," katanya.