SuaraSulsel.id - Ustad Abdul Somad atau biasa disapa UAS membawakan tausiyah di Kampus Unhas Tamalanrea, Jumat 2 Oktober 2020.
UAS hadir bersilaturahim dengan Rektor Unhas dan sejumlah Dekan Fakultas di Unhas. Masih dalam rangkaian peringatan dies natalis Unhas.
Rektor Unhas Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu mengaku sudah lama mengundang UAS hadir di Unhas. Tapi kesibukan dan jadwal UAS yang padat, sulit mengatur jadwal yang tepat untuk hadir di Unhas.
Padahal sudah minta bantuan ke sejumlah pejabat dan tokoh. Agar UAS bisa meluangkan waktu berkunjung ke Unhas. Dwia mengatakan, lebih susah mengundang UAS ketimbang Menteri.
Baca Juga:UAS Dikawal Tentara Saat Dakwah, UHF Ceramahi Orang Nyinyir
Tapi tanpa diminta-diminta, tiba-tiba ada pesan kalau UAS mau berkunjung ke Unhas.
"Alhamdulillah ini luar biasa. Ini betul-betul rejeki, masya Allah," ungkap Dwia.
"Saya awalnya tidak percaya. UAS yang mana ini," tambah Dwia.
Dwia mengaku akan mendapat teguran dari sejumlah rekan-rekannya. Karena tidak memberikan informasi UAS akan datang.
Acara silaturahim terpaksa digelar terbatas. Untuk menghindari penularan Covid-19.
Baca Juga:Canda UAS Saat Ditanya Jamaah Soal Hukum Memakai Cadar
"Kami tidak mau ada klaster UAS atau klaster Unhas," kata Dwia.
UAS memberikan tausiyah sekitar 30 menit. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab.
Dalam sesi tanya jawab, Dosen Fakultas Hukum Unhas Muhammad Hasrul bertanya ke UAS. Kenapa UAS memilih berhenti menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan dosen di Kampus UIN Suska Riau.
"Kenapa ustad mundur jadi dosen ? Apakah karena mengejar akhirat ?," kata Hasrul.
Mendengar pertanyaan Hasrul, UAS tertawa kecil dan sempat berpikir sejenak. Kemudian berkata, pertanyaan tersebut kelasnya profesor.
"Saya tidak bisa jawab di depan orang banyak. Karena akan jadi fitnah. Saya akan jawab empat mata dengan Doktor Hasrul," jawab UAS yang disambut tawa peserta.
UAS mengaku selalu mengajarkan bagaimana berislam tidak dipahami secara lugu. Mumpung tanda tangan gubernur, wali kota, menteri dan presiden masih berlaku, pergunakanlah untuk menolong agama Allah.
Kalau jadi dosen, kata UAS, bisa sentuh masyarakat sebagai pucuk pohon. Tapi akar juga harus kuat. Tempatnya ada di kampus.
"Saya tidak meninggalkan kampus untuk mengejar akhirat," ungkap UAS.
Ketiga, kata UAS, yang harus disentuh adalah penguasa. Meski didekati ke jalan Allah. Kalau ada yang sanggup duduk jadi penguasa dianjurkan. Tapi kalau tidak sanggup, tempatkan orang yang layak.
Menurut UAS, semua hal ini bisa dilakukan ketika menjadi dosen.
"Seandainya kamu tahu doamu dikabulkan, berdoalah mendapatkan pemimpin yang adil. Karena satu pemimpin yang adil akan membawa manfaat untuk banyak orang," ungkap UAS.
UAS mengatakan sudah sangat bersungguh-sungguh menjadi dosen. Karena dosen adalah impian UAS. Menempuh pendidikan mulai jenjang S-1, S-2, hingga S-3. Semua berhasil dilalui UAS dengan baik.
"Saya keluar bukan untuk akherat. Karena menjadi dosen juga bisa berselancar mengejar akhirat," kata UAS.
"Adapun jawaban selanjutnya nanti kita empat mata," tambah UAS.