Muhammad Yunus
Senin, 10 November 2025 | 18:14 WIB
Wakil Gubernur Sulsel Fatmawati Rusdi [Suara.com/Lorensia Clara]
Baca 10 detik
  • Pasca terungkapnya kasus penculikan dan perdagangan anak di Makassar
  • Polisi menemukan para pelaku yang telah sembilan kali memperjualbelikan bayi dan anak-anak 
  • DP3A kini tengah melakukan pendampingan psikologis terhadap Bilqis

SuaraSulsel.id - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memerintahkan seluruh area publik dipasangi kamera pengawas (CCTV) menyusul terungkapnya kasus penculikan dan perdagangan anak yang menimpa Bilqis, bocah berusia empat tahun di kota Makassar.

Wakil Gubernur Sulsel Fatmawati Rusdi mengatakan, selain penambahan CCTV, petugas keamanan atau Satpol PP juga akan disiagakan di sejumlah titik rawan.

"Tempat-tempat publik sebenarnya sudah ada CCTV dan wifi, tapi kita akan masifkan agar bisa lebih mudah memantau. Ke depan, setiap area publik harus punya minimal petugas keamanan, Satpol PP ya," ujarnya, Senin, 10 November 2025.

Langkah ini diambil setelah Polda Sulsel mengungkap jaringan perdagangan anak lintas provinsi yang memperjualbelikan Bilqis melalui media sosial.

Polisi menemukan para pelaku yang telah sembilan kali memperjualbelikan bayi dan anak-anak melalui platform TikTok dan WhatsApp.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sulsel, Andi Mirna menambahkan kasus ini menjadi peringatan bagi orang tua untuk lebih ketat mengawasi anak-anak mereka.

"Orang tua harus betul-betul mengawasi anaknya, jangan biarkan anak ikut sembarang orang," katanya.

DP3A kini tengah melakukan pendampingan psikologis terhadap Bilqis.

"Anak empat tahun itu memorinya masih kuat, jadi perlu penanganan agar tidak menimbulkan trauma berkepanjangan," ujarnya.

Baca Juga: Pemprov Sulsel dan Bank Indonesia Kolaborasi Perkuat Ekosistem Ekonomi dan Keuangan Syariah

Mirna menambahkan, pihaknya juga memperkuat edukasi bagi orang tua dan anak-anak melalui Puspaga dan UPT Perlindungan Perempuan dan Anak.

"Kami bekerja sama dengan PKK dan Ibu Gubernur untuk memberi edukasi sejak usia PAUD," katanya.

Kasus penculikan Bilqis terjadi di Taman Pakui Sayang, Makassar, pada 2 November 2025.

Dari hasil penyelidikan, polisi menetapkan empat tersangka yakni SY (30), NH (29), MA (42), dan AS (36).

Mereka memperjualbelikan Bilqis hingga ke Jambi dengan harga mencapai Rp80 juta.

Kapolda Sulsel Irjen Pol Djuhandhani Rahardjo Puro mengatakan, NH berperan sebagai perantara dan telah tiga kali melakukan praktik adopsi ilegal.

Sementara, MA dan AS bahkan sudah sembilan kali memperjualbelikan bayi dan anak.

Para pelaku dijerat Pasal 83 juncto Pasal 76F Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak serta Pasal 2 ayat (1) dan (2) juncto Pasal 17 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Polisi berhasil menemukan Bilqis di Jambi setelah melakukan koordinasi lintas Polda.

Ia kemudian dipulangkan ke Makassar dan diserahkan kepada orang tuanya dalam keadaan sehat.

Sementara, Kasatreskrim Polrestabes Makassar, AKBP Devi Sujana mengungkap para pelaku perdagangan anak di Makassar memiliki pola terencana dengan target utama anak berusia di bawah lima tahun.

Berdasarkan hasil interogasi, para tersangka secara spesifik mencari balita karena dianggap lebih mudah dijual dan tidak menimbulkan kecurigaan.

Devi pun mengimbau masyarakat agar lebih waspada mengawasi anak-anak, terutama saat berada di tempat umum.

Dari hasil pemeriksaan, salah satu tersangka bernama MA diketahui telah sembilan kali memperjualbelikan bayi dan anak. Sementara NH tercatat tiga kali menjadi perantara adopsi ilegal.

Polisi menduga jaringan ini telah beroperasi cukup lama dan melibatkan banyak pihak. Para pelaku disebut aktif menggunakan grup-grup di media sosial seperti Facebook, yang menampilkan modus jual-beli anak dengan kedok adopsi.

Polisi kini menelusuri admin grup tersebut dan kemungkinan keterlibatan jaringan lain, termasuk sindikat lintas daerah. Jejak digital dan ponsel para tersangka tengah dianalisis untuk mengurai jaringan yang lebih luas.

Berdasarkan penyelidikan, korban Bilqis awalnya dibawa oleh tersangka SY ke sebuah kos di Jalan Abu Bakar Lambogo, Makassar, lalu ditawarkan di Facebook dengan akun palsu hingga menarik minat NH dari Jakarta.

Transaksi penjualan dilakukan di kos pelaku SY dengan harga Rp3 juta. Bilqis kemudian dibawa ke Jambi melalui jalur udara dan dijual kembali kepada pasangan MA dan AS seharga Rp15 juta.

Keduanya mengaku ingin menolong keluarga tanpa anak. Namun fakta menunjukkan Bilqis dijual lagi ke kelompok masyarakat adat di Jambi seharga Rp80 juta.

Polisi memastikan tidak ditemukan indikasi perdagangan organ tubuh dalam kasus ini.

Pendekatan persuasif terhadap masyarakat adat turut mempercepat penyelamatan Bilqis. Setelah diketahui tersangka MA membuat surat pernyataan palsu seolah-olah berasal dari orang tua korban.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More