- Dianggap sudah menyentuh ranah pelecehan terhadap ekspresi budaya sebuah suku bangsa
- Budaya tidak bisa dilihat secara parsial, melainkan harus dipahami secara holistik
- Ritual adat kematian yang menjadi bagian dari identitas masyarakat Toraja
Dalam video yang beredar luas di media sosial, Pandji disebut melontarkan materi yang menggambarkan masyarakat Toraja jatuh miskin karena memaksakan diri menggelar pesta kematian.
Ia juga menyebut jenazah bisa dibiarkan di ruang tamu jika keluarga belum mampu memakamkannya. Pernyataan ini yang menuai amarah publik.
Menurut Tasrifin, bentuk candaan seperti itu sudah termasuk dalam pelecehan kultural, karena memperolok ekspresi budaya dari suku tertentu.
"Stand up comedy itu kan narasinya disusun dulu. Artinya ada kesadaran sebelum ditampilkan. Mestinya dia bisa berpikir, apakah ini bisa menyinggung pemangku budaya atau tidak," katanya.
Ia menegaskan, kebebasan berekspresi semestinya disertai dengan tanggung jawab moral dan pengetahuan tentang keragaman budaya bangsa.
Prof Tasrifin berharap kasus ini menjadi pelajaran penting bagi publik, terutama bagi para seniman dan kreator konten untuk lebih berhati-hati dalam menyinggung kebudayaan daerah.
Indonesia, katanya, adalah bangsa yang besar karena keragaman budayanya, bukan meskipun karenanya.
"Kalau konteksnya humor, tetap harus dibuat dengan sadar. Jangan terlalu sempitlah cara pandangnya.
Kita harus belajar menghargai perbedaan ekspresi budaya. Kalau mau memahami, pelajari dulu, baru bicara," tuturnya.
Baca Juga: Frederik Kalalembang ke Pandji Pragiwaksono: Harkat Orang Toraja Tak Layak Dijadikan Candaan
Ia menambahkan, masyarakat Toraja sendiri dikenal terbuka terhadap kritik selama disampaikan dengan penghormatan dan niat membangun.
Namun, jika adat dan nilai spiritual mereka dijadikan bahan olok-olok, maka wajar jika muncul reaksi keras.
Kritik serupa datang dari Bupati Toraja Utara, Frederik Victor Palimbong.
Frederik menilai, sebagai komika yang dikenal cerdas, Pandji seharusnya melakukan riset sebelum menjadikan adat tertentu sebagai bahan komedi.
"Jangan asal bunyi alias asbun," kata Dedi tegas saat dikonfirmasi.
Frederik menekankan bahwa seorang publik figur memiliki tanggung jawab moral terhadap pengaruh ucapannya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
1.000 Relawan BUMN Dikerahkan Danantara dan BP BUMN ke Wilayah Bencana di Pulau Sumatra
-
Kunjungi Lokasi Bencana di Bener Meriah Aceh, Jusuf Kalla Janji Kirim Bantuan
-
Ini Daftar Daerah di Sulsel dengan Tingkat Kehamilan Anak Tertinggi
-
Kejaksaan Periksa Anak Buah Tito Karnavian: Dugaan Korupsi Bibit Nanas Rp60 Miliar
-
Ledakan Guncang Kafe di Makassar, Ini Dugaan Awal