Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Minggu, 29 Juni 2025 | 16:54 WIB
Ilustrasi: Tim SAR Gabungan saat mengevakuasi korban di Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Gowa, Sulsel. [Dokumentasi Basarnas Makassar]

SuaraSulsel.id - Wisata ekstrem adalah jenis kegiatan pariwisata yang melibatkan tantangan fisik, adrenalin tinggi, dan potensi risiko yang lebih besar dibandingkan wisata biasa.

Wisata ini biasanya dilakukan oleh mereka yang menyukai petualangan, suka mencoba hal baru, dan ingin merasakan sensasi menegangkan namun tetap dalam kendali.

Berbeda dari wisata santai seperti berkunjung ke pantai atau museum, wisata ekstrem menawarkan pengalaman yang lebih intens.

Contohnya termasuk arung jeram, panjat tebing, paralayang, terjun payung, selancar ombak besar, off-road di pegunungan, hingga bungee jumping.

Baca Juga: Desa BRILiaN Merapi Buktikan Sinergi Alam dan Agrikultur Bisa Dorong Ekonomi Desa

Bahkan kegiatan seperti menyelam di gua bawah laut atau trekking ke puncak gunung yang terjal juga tergolong wisata ekstrem.

Mengapa disebut “ekstrem”? Karena aktivitas ini dilakukan di lingkungan yang menantang, seperti sungai berarus deras, tebing tinggi, atau hutan liar yang belum banyak dijamah.

Risiko kecelakaan lebih tinggi, sehingga diperlukan persiapan matang, perlengkapan keamanan lengkap, dan kadang-kadang pendamping profesional yang berpengalaman.

Meski terdengar berbahaya, wisata ekstrem memiliki daya tarik tersendiri. Banyak orang melakukannya untuk menguji batas diri, menghilangkan stres, atau sekadar mencari pengalaman tak terlupakan.

Adrenalin yang terpacu justru memberi rasa puas, bangga, dan ketagihan untuk mencoba lagi.

Baca Juga: Konferensi Tingkat Tinggi Pariwisata dan Investasi Indonesia Timur Digelar di Makassar

Di Indonesia, wisata ekstrem berkembang pesat, terutama di daerah yang memiliki potensi alam luar biasa seperti Bali, Sumatera Utara, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
Pemerintah dan pelaku industri pariwisata kini mulai serius mengembangkan segmen ini dengan memperhatikan aspek keamanan, pelatihan, dan regulasi.

Namun, penting diingat bahwa wisata ekstrem tidak cocok untuk semua orang. Kondisi fisik, mental, dan kesiapan peserta sangat menentukan.

Oleh karena itu, sebelum memutuskan mengikuti wisata ekstrem, sebaiknya konsultasikan dulu dengan penyelenggara dan pastikan semua prosedur keselamatan diikuti.

Dengan pendekatan yang tepat, wisata ekstrem bisa menjadi cara seru untuk menjelajah alam, melampaui batas diri, dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan.

Menegakkan Standar Operasional Prosedur

Kementerian Pariwisata meminta para pengelola destinasi wisata ekstrem menegakkan standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan untuk mewujudkan keamanan dan keselamatan kegiatan pariwisata.

Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menekankan pentingnya penegakan SOP kegiatan wisata ekstrem menyusul kecelakaan tragis yang terjadi pada wisatawan asal Brasil saat melakukan pendakian di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat.

Menurut siaran pers kementerian di Jakarta, wisatawan asal Brasil bernama Juliana Marins (26) terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani pada 21 Juni dan jenazahnya ditemukan pada 24 Juni 2025.

"Insiden ini mengingatkan kita bahwa setiap destinasi wisata ekstrem mengandung risiko serius," kata Widiyanti, Minggu 29 Juni 2025.

Dia menekankan pentingnya penegakan SOP wisata ekstrem secara menyeluruh guna mencegah tragedi serupa terulang pada masa mendatang.

"Kami ingin menegaskan kewajiban ketat untuk mematuhi SOP yang telah diatur. Kepatuhan terhadap prosedur ini bukan sekadar formalitas, namun menjadi benteng utama dalam meminimalkan insiden fatal," katanya.

Ia menambahkan, SOP pendakian Gunung Rinjani tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Nomor 19 Tahun2022.

Kementerian Pariwisata bersama kementerian dan lembaga terkait berusaha memastikan SOP keamanan dan keselamatan ditegakkan di daerah tujuan wisata ekstrem.

Selain menyerukan penegakan SOP keamanan dan keselamatan, Kementerian Pariwisata meminta para pengelola destinasi pariwisata ekstrem mengawasi dan mengaudit semua operator.

Serta pemandu yang bekerja di daerah tujuan wisata ekstrem guna memastikan semuanya sudah memenuhi persyaratan.

Menteri Pariwisata menyampaikan bahwa para pemandu wisata dan porter di daerah tujuan wisata ekstrem seperti Gunung Rinjani perlu mendapat pelatihan ulang mengenai upaya keselamatan, evakuasi darurat, dan komunikasi krisis.

Pemerintah juga menggiatkan kegiatan edukasi bagi wisatawan guna meningkatkan kesadaran mereka mengenai pentingnya menggunakan jasa operator resmi.

Mengenakan perlengkapan keselamatan, dan memahami informasi risiko sebelum melakukan aktivitas wisata ekstrem.

Selain itu, pemerintah menganjurkan wisatawan untuk memilih pemandu bersertifikat dan mematuhi protokol keselamatan saat melakukan kegiatan di tempat wisata ekstrem.

Kalau mendapati pelanggaran SOP keamanan dan keselamatan di daerah tujuan wisata ekstrem, wisatawan maupun warga diimbau melaporkannya ke nomor WhatsApp 08118956767.

Load More