"Tantangan kita bukan hanya pada level teknis, tapi bagaimana mengintegrasikan program secara konvergen di semua lini. Ini mencakup dari pengambilan kebijakan hingga ke tingkat layanan kesehatan dan keluarga," sebut Setiawan.
Mengapa Masih Ada Anak yang Stunting?
Menurut Ahli gizi di Sulawesi Selatan, Dokter Djunaidi M. Dachlan, salah satu penyebab utama stunting karena adanya kekurangan asupan gizi yang memadai saat ibu hamil.
Kemudian, saat anak berusia 0-24 bulan, nutrisi yang diberikan tidak cukup, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi. Misal, kemiskinan, kurangnya akses ke layanan kesehatan, sanitasi, dan pendidikan ibu yang rendah.
Kata Djunaidi, intervensi menurunkan stunting tidak cukup hanya dengan memberikan makanan bergizi.
Tapi juga perlunya pendekatan yang terpadu antara intervensi gizi spesifik dan sensitif, serta pendampingan yang berkelanjutan kepada keluarga-keluarga yang berisiko tinggi.
"Sering kali kita pikir cukup memberi makanan tambahan atau bantuan pangan. Padahal tanpa edukasi dan pendampingan, hasilnya tidak akan optimal. Anak-anak tetap berisiko mengalami stunting," ujarnya.
Ia menambahkan, perubahan perilaku harus dimulai dari tingkat keluarga. Orang tua perlu tahu cara memberikan ASI eksklusif, memilih makanan sehat, serta menjaga kebersihan lingkungan.
Media massa berperan untuk itu. Bagaimana agar berita, kampanye sosial, dan penyebaran informasi yang akurat, bisa sampai ke masyarakat.
Baca Juga: Tanah Negara 52 Hektare Digugat, Pemprov Sulsel Tolak Putusan Pengadilan Tinggi Makassar
Direktur Jenewa Institute, Surahman Said, menambahkan bahwa capaian angka stunting secara nasional masih jauh dari target 14 persen.
Berdasarkan survei terakhir, angka nasional berada di angka 21,5 persen. Sementara Sulawesi Selatan tercatat lebih tinggi lagi, yakni 27,4 persen.
Nutrition Officer UNICEF, Nike Frans, juga menyoroti bahwa Indonesia menghadapi "triple burden of malnutrition" atau tiga beban gizi, yaitu kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan kekurangan zat gizi mikro.
Stunting adalah salah satu bentuk kekurangan gizi kronis yang paling mengkhawatirkan.
"Stunting tidak hanya soal tinggi badan anak yang pendek. Ini mencerminkan kurangnya asupan nutrisi dalam jangka waktu lama, infeksi yang berulang, serta kurangnya stimulasi psikososial pada anak, khususnya pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)," kata Nike.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Solusi Menkeu Baru Soal 17+8 Tuntutan Rakyat: Bikin Ekonomi Ngebut Biar Rakyat Sibuk Cari Makan Enak
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
Terkini
-
Tiga Dokter RSUD Syekh Yusuf Gowa Ditahan Kasus Korupsi
-
Sulsel Dukung RUU Keamanan dan Ketahanan Siber: Lindungi Data dan Layanan Publik
-
Begini Kondisi Ruang Rapat Sementara Anggota DPRD Sulsel
-
Kerusakan Gedung DPRD Sulsel Ditanggung Asuransi
-
Makassar Bakal Dikepung Demo 8 September, Ini Titik-Titiknya!