SuaraSulsel.id - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johanis Tanak mengatakan, kepala daerah yang punya banyak uang mending memperhatikan orang yang sudah lanjut usia atau janda tua. Dibanding menghambur-hamburkan uang secara percuma.
Kelakar itu diucapkan Johanis saat menggelar rapat koordinasi kepala daerah penguatan komitmen pengawasan penyelenggaraan Pemda dalam pemberantasan korupsi wilayah IV di Ruang Pola, Kantor Gubernur Sulsel, Rabu, 17 Juli 2024.
Menurutnya, banyak kepala daerah atau pejabat yang suka lupa daratan setelah banyak uang. Namun, tanggung jawabnya sebagai umat manusia terhadap yang maha kuasa terlupakan.
"Udahlah. Kalau banyak duit, ga usah kasih bagi-bagi secara percuma. Pergi ke panti asuhan sana, ke janda-janda tua, jangan janda muda. Bapak-bapak bahaya (kalau janda muda). Janda yang (usia) ke- 60 ke atas, Pak. Jangan janda-janda di bawah 60 karena di bawah 60 itu bahaya," ujarnya.
Baca Juga: Hargai Vonis 10 Tahun Penjara, SYL Akan Hadapi Risiko
"Mohon maaf kita bercanda sedikit daripada ngantuk. Kalau (usia) di bawah 60 tahun biasanya memang dia cari-cari bapak, para pejabat ini dicari, termasuk APIP dicari juga supaya dapat menafkahin, melanjutkan pemberian nafkah," lanjutnya.
"Tapi kalau janda 60 tahun ke atas mau mencoba mengikuti janda di bawah 60 tahun, dia hanya bisa beli rheumason, gosok di belakang, encok nanti. Jadi kita bantulah mereka."
Kemudian, menurutnya yang perlu dibantu pemerintah daerah adalah para jompo. Dibanding main judi atau tante-tante, tapi menggunakan hasil uang korupsi.
"Jadi ingat-ingat panti jompo. Dan berikan sumbangan itu panti asuhan, anak yatim. Jangan cuma ingat judi, seperti yang sudah ditangkap KPK dan meninggal, jangan cuma main tante-tante. Sayang-sayang di rumah tapi ada yang lebih disayang dan uang yang digunakan dari hasil korupsi. (Orangnya) ada di sini kayaknya, tapi sepertinya tidak ada sih," ucapnya.
Kata Johanis, indeks persepsi korupsi (IPK) di Indonesia sangat rendah. Dari data Transparency International, kata Johanis, Indonesia hanya berada di posisi ke 34.
Baca Juga: Kenapa Prestasi SYL Selama Menjadi Menteri Tidak Mampu Meringankan Tuntutan KPK?
"Indeks Persepsi Korupsi (IPK) di negara ini mencapai 34. Turun. Jauh drastis yang idealnya dia tinggi, tapi di kita rendah. Artinya, korupsi di negara ini tinggi. Sementara memberantasnya tidak mudah," sebutnya.
Berita Terkait
-
KPK Ungkap Ada 606 Objek Gratifikasi Terkait Idul Fitri Senilai Rp 341 Juta, Ini Rinciannya
-
Malam Ini Batas Akhir Penyampaian LHPKN, KPK Ingatkan Sanksi Bagi Pejabat yang Belum Lapor
-
Hasto Kristiyanto Persoalkan Sprindik, Hakim Sebut Pimpinan KPK Berwenang Delegasikan Kewenangan
-
Pasrah Eksepsi Ditolak Hakim, Hasto PDIP: Membiarkan Ketidakadilan Berarti Membunuh Masa Depan
-
Cuma 3 Orang Ini yang Diizinkan KPK Jenguk Hasto PDIP di Penjara, Siapa Saja?
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
-
Harga Emas Terbang Tinggi Hingga Pecah Rekor, Jadi Rp1.889.000
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
Terkini
-
Menteri Pertanian: Petani Kakao, Cengkeh, dan Kelapa Senang Kalau Krisis Ekonomi
-
Mau Sukses dan Jadi Orang Kaya? Menteri Pertanian: Hindari Kebiasaan Mengeluh
-
Haji Mabrur: Lebih dari Sekadar Ritual, Tapi Perjalanan Menyucikan Jiwa
-
Tidak Cukup Niat, Ini 3 Kemampuan Wajib Dimiliki Jemaah Haji
-
Insentif Guru Besar Unhas Naik Jadi Rp5 Juta