Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 06 November 2023 | 14:25 WIB
Benny Leleury memotong batok kelapa untuk dijadikan souvenir gantungan kunci dengan menggunakan mesin hasil dari Pinjaman lunak, di Minahasa Utara, Sabtu (4/11/2023) [SuaraSulsel.id/ANTARA]

Usaha souvenir Benny Leleury yang diberi nama "Klabat Craft" ini telah banyak peminatnya, baik pasar lokal sampai luar daerah, dengan omzet mencapai belasan juta setiap bulan.

Semua itu berubah saat dunia dilanda pandemi COVID-19. Sektor lariwisata turun, omzet pun langsung turun tajam, sehingga harus berpikir keras bagaimana hasil kerajinan tangan ini bisa menghasilkan uang untuk keberlanjutan kehidupan keluarga dan bisnis.

Pandemi COVID-19 telah membawa tantangan yang tak terduga bagi usaha souvenirnya. Seiring berita tentang pandemi menyebar dan pariwisata terhenti, pasar bagi souvenir tiba-tiba menjadi sangat sepi. Seperti kebanyakan orang lain di seluruh dunia, ia merasa khawatir tentang masa depannya dan bagaimana dia akan tetap mendukung keluarganya.

Saat itu, Benny berada di persimpangan jalan. Apalagi belum lama istri terkasihnya berpulang. Lalu sektor pariwisata terhenti dan penjualan di pasar lokal juga menurun drastis.

Baca Juga: Batok Kelapa jadi Alternatif Bra, Begini Tips Memilih Bra yang Nyaman dan Tentunya Aman

Namun, dia tidak menyerah begitu saja. Dia berpikir kreatif untuk tetap menjalankan usahanya. Benny mulai mencari cara-cara baru untuk mengemas dan memasarkan souvenir-souvenirnya secara online.

Dengan bantuan dari seorang teman yang lebih mahir dalam teknologi, ia membuat toko online untuk produk-produknya. Ia memotret souvenir-souvenirnya dengan indah, membuat deskripsi yang menarik, dan memasangnya di situs web yang dibuat. Ini adalah langkah besar Benny yang biasanya lebih terbiasa dengan ukiran batok kelapa daripada komputer.

Tidak hanya itu yang dilakukan. Dia juga menggunakan media sosial untuk mempromosikan produk-produknya. Dia mulai mengikuti kursus online tentang pemasaran digital dan meningkatkan kehadirannya di platform-platform seperti Instagram dan Facebook. Dengan tekun, dia belajar tentang berbagai strategi untuk mencapai audiens yang lebih luas.

Ketika saatnya tiba, Benny pergi ke kantor pengiriman barang untuk mengirimkan souvenir yang dijualnya secara online.

Kala pandemi, ia tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat, seperti mengenakan masker dan menjaga jarak fisik. Dia merasa bahwa ini adalah langkah yang perlu diambil untuk memastikan bahwa usahanya dapat bertahan selama masa sulit ini.

Baca Juga: Gelar Edukasi Berkendara, Tim Safety Riding Honda Sasar Pelajar SMA dan Setara

Pada akhirnya, Benny berhasil beradaptasi dengan situasi yang sulit tersebut. Meskipun pariwisata masih belum pulih sepenuhnya, dia berhasil menjual produk-produknya secara online.

Keberhasilan ini tidak hanya membantu dia memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi komunitasnya, yang melihatnya sebagai contoh bagaimana ketekunan, kreativitas, dan adaptasi bisa mengatasi rintangan yang sulit seperti pandemi.

Program PUMK

Ketika situasi pandemi COVID-19 masih berlangsung, Benny mendapatkan kabar menggembirakan. Kala sedang duduk di bengkel kecilnya dan memikirkan cara untuk mengembangkan usahanya, tiba-tiba ponselnya berdering. Saat dia mengangkat telepon, suara yang bersemangat di seberang sana memberitahunya bahwa Pertamina telah memilihnya sebagai penerima dana lunak melalui program pendanaan usaha mikro kecil (PUMK) dengan bunga 0,5 persen per bulan.

Mendengar berita ini, dia hampir tak percaya. Dia merasa bersyukur dan terharu oleh dukungan yang tiba-tiba datang kepadanya. Dana lunak tersebut dimaksudkan untuk membantu pengusaha kecil dan menengah. Benny merasa beruntung menjadi salah satu yang dipilih.

Bantuan dana itu digunakan untuk membeli mesin peralatan yang lebih canggih dan modern, yang akan membantu meningkatkan produktivitas bengkelnya.

Load More