Prosesi pembukaan dilangsungkan nyaris genap 12 tahun berlalu sejak pendahulu Infantino, Sepp Blatter, mengumumkan kemenangan Qatar dalam pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2022.
Sejak itu, Blatter sudah dicopot dari jabatannya per 2015 karena terlibat skandal dugaan korupsi di FIFA, termasuk di dalamnya dugaan suap untuk pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.
Penunjukkan Qatar juga praktis memaksa Piala Dunia untuk pertama kalinya dilangsungkan pada musim dingin, demi mengantisipasi suhu dan cuaca yang terlampau panas bagi para pesepak bola.
Gelombang kritik terbesar muncul dari berbagai laporan media Barat yang menyebut bahwa Qatar menabrak banyak hak asasi manusia dalam proyek pembangunan stadion-stadion Piala Dunia 2022.
Baca Juga: Penipuan Tiket Online Incar Piala Dunia Qatar
Surat kabar Inggris, The Guardian, bahkan mengklaim dalam laporannya bahwa setidaknya 6.500 orang pekerja migran dari Asia Selatan meninggal dalam proses pembangunan stadion-stadion Piala Dunia.
Laporan tersebut memantik kritik yang semakin deras terhadap penyelenggaraan Piala Dunia 2022 Qatar, menambah sorotan perlakuan diskriminatif terhadap perempuan serta komunitas LGBTQ.
Namun, Infantino pasang badan untuk Qatar menyebut bahwa kritik yang datang dari Barat tak ubahnya sebuah "kemunafikan" senada dengan pejabat negeri itu sendiri yang merasa menjadi sasaran "rasisme" dan "standar ganda".
Infantino begitu yakin bahwa yang dilakukan dunia Barat terhadap Qatar adalah sebuah ketidakadilan paripurna sebagaimana ia sampaikan dalam jumpa pers pembukaan Piala Dunia di Doha, Sabtu (19/11) kemarin.
"Pemberian pelajaran moral ini begitu sepihak dan hanyalah kemunafikan. Saya tidak pada posisi untuk memberi pelajaran hidup kepada Anda, tetapi apa yang terjadi ini teramat sangat tidak adil," kata Infantino.
Baca Juga: Fakta Menarik Pertandingan Senegal vs Belanda
Meski sehari kemudian Infantino meyakini bahwa sepak bola adalah pemersatu dunia, agaknya ia tak bisa memungkiri bahwa di matanya upaya Qatar menyelenggarakan Piala Dunia 2022 sebagai sesuatu yang putih, tetapi bagi kritikus barat sebuah hal yang hitam pekat.
Berita Terkait
-
Hasil Timnas Indonesia U-17 vs Afghanistan: Garuda Muda Kesulitan Cetak Gol
-
Buruan! Cara Nonton Live Streaming Timnas Indonesia U-17 vs Afghanistan
-
Sesaat Lagi Kick Off! Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Afghanistan
-
Lolos Piala Dunia U-17 2025, 3 Pemain Keturunan Ini Bisa Dinaturalisasi!
-
Tegas! Nova Arianto Minta Evandra Florasta Cs Lupakan Euforia Piala Dunia U-17
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Jawaban Menohok Anak Bungsu Ruben Onsu Kala Sarwendah Diserang di Siaran Langsung
Pilihan
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
Terkini
-
Menteri Pertanian: Petani Kakao, Cengkeh, dan Kelapa Senang Kalau Krisis Ekonomi
-
Mau Sukses dan Jadi Orang Kaya? Menteri Pertanian: Hindari Kebiasaan Mengeluh
-
Haji Mabrur: Lebih dari Sekadar Ritual, Tapi Perjalanan Menyucikan Jiwa
-
Tidak Cukup Niat, Ini 3 Kemampuan Wajib Dimiliki Jemaah Haji
-
Insentif Guru Besar Unhas Naik Jadi Rp5 Juta