Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 01 Oktober 2022 | 12:39 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (Suara.com/Arga)

SuaraSulsel.id - Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan atau lebih dikenal dengan Anies Baswedan bicara soal risiko adanya polarisasi saat ajang pemilu 2024 mendatang.

Menurutnya polarisasi atau keterbelahan masayarakat dalam berpolitik bisa saja terjadi, bahkan lumrah terjadi di negara mana pun.

Anies Baswedan menyampaikan hal ini saat mengikuti acara Indonesia Millenial and Gen-Z Summit 2022 di Jakarta Selatan pada Jumat 30 September 2022.

Ia menyebut polarisasi bisa terjadi karena disebabkan oleh adanya perubahan sosiokultural dalam masyarakat.

Kendati demikian, Anies tidak menampik jika perbedaan pendapat dalam masyarakat ketika menyikapi isu politik, itu sangat wajar namun banyak yang salah mengartikan hal ini dengan beranggapan Polarisasi berarti perpecahan.

 “Kita kadang-kadang khawatir jangan sampai pemilu ini terjadi polarisasi, polarisasi itu sesuatu yang sangat wajar”, kata Anies, dikutip makassarterkini.id – jaringan suara.com, 1 Oktober 2022.

Dengan adanya perbedaan pandangan politik masyarakat, Anies meminta untuk menyikapi hal ini dengan dewasa, apalagi Indonesia saat ini sedang dalam tahun politik dan sebentar lagi menuju kontestasi politik.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini lantas meminta masyarakat melihat rekam jejak figur yang dijagokan sebelum memutuskan memilih.

Menurutnya, masa-masa kampanye, tiap calon punya cara tersendiri menonjolkan kekuatan bahkan tak segan memberi label negatif pada lawannya.

“Karena dalam msa kampanye, masing-masing pihak akan menonjolkan kekuatannya dan akan melabelkan negative pada lawannya. Itu dua-duanya terjadi”, ujarnya.

Mantan Rektor Universitas Paramadina ini juga mengatakan jika polarisasi bisa datang dari aspek emosi dan sensitifitas seperti agama, suku, gender.

“Proses kampanye itu publik dirangsang dari sekarang. Mari kita bersiap melihat rekam jejak apa yang sudah dikaryakan dan dihasilkan sehingga ketika masuk fase pemilu pada saat proses, muncul isu-isu emosional itu dia tidak menutup tema-tema penting yang menyangkut kesejahteraan masyarakat dan kelangsungan demokrasi”, ujarnya.

Load More