Muhammad Yunus
Senin, 01 Agustus 2022 | 19:25 WIB
Jemaah haji asal Sulawesi Selatan memakai busana mencolok saat tiba di Asrama Haji Sudiang Kota Makassar [SuarSulsel.id/Humas Kemenag Sulsel]

Walau pun harus menunggu lama, mereka tidak masalah. Untuk Sulawesi Selatan misalnya, masa tunggu haji cukup lama. Bahkan bisa mencapai 97 tahun. Jika mengacu kepada kuota tahun 2022 yang dikurangi.

"Bagaimana pun kondisi ekonominya, mereka akan berusaha untuk berhaji seperti menjual warisan. Itu banyak dilakukan sekarang," ungkapnya.

Kata Ilham, bagi orang Sulawesi Selatan, masalah haji bukan hanya soal ibadah. Ada yang lebih dari itu, yakni soal strata sosial di masyarakat.

Dulu, strata sosial masyarakat yang paling tinggi hanya disandang oleh keturunan bangsawan. Namun, dengan gelar haji, status dengan masyarakat biasa bisa disamakan.

"Karena berhaji bagi orang Sulsel, bukan hanya soal ibadah, tapi lebih memperlihatkan status sosial yang berbeda," ucap Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Unhas itu.

Kata Ilham, status haji bisa mengangkat derajat di masyarakat. Nah, salah satu yang dianggap mudah untuk mengenali seseorang haji atau bukan adalah dari cara berpakaiannya.

"Ketika mereka pulang, kenapa mereka berdandan, itu ingin memperlihatkan kepada keluarga dan orang-orang di kampungnya bahwa dia sudah beralih status ke haji. Ada identitas baru," kata Ilham.

Hal lain yang bisa diperhatikan adalah gelang emas bersusun di tangan dan baju berwarna cerah yang digunakan. Menurutnya, orang-orang seperti itu ingin menunjukan eksistensinya.

Namun, menurut Ilham tidak semua daerah di Sulawesi Selatan mengenakan pakaian seperti itu. Hanya di bagian utara Sulsel saja, seperti Pinrang dan Sidrap.

Baca Juga: Ratusan Jemaah Haji Asal Mataram Tiba di Bandara Internasional Lombok Mulai Hari Ini

"Bagian Selatan tidak terlalu. Yang paling terasa dilihat di Sulsel bagian utara seperti Parepare, Sidrap, Pinrang," ujarnya.

Jemaah haji asal Sulawesi Selatan memakai busana mencolok saat tiba di Asrama Haji Sudiang Kota Makassar [SuarSulsel.id/Humas Kemenag Sulsel]

Bukan Riya

Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel Muammar Bakri menanggapi santai soal pakaian yang dikenakan sejumlah jemaah haji perempuan asal Sulawesi Selatan. Menurutnya itu bukan riya atau ingin menyombongkan diri.

Kata Muammar, cara berpakaian seperti itu sudah jadi budaya masyarakat Bugis. Dalam Islam juga diajarkan yang terpenting adalah busana tertutup.

"Tidak ada salahnya. Selama pakaian itu menutup aurat dan tidak memperlihatkan lekukan tubuh, silahkan saja," kata Muammar.

Muammar mengatakan, salah satu cara untuk mengekspresikan kebahagiaan orang yang sudah berhaji bisa lewat pakaian. Makanya dengan model seperti itu berarti memuliakan diri.

Load More