SuaraSulsel.id - Anggaran smart toilet sekolah tingkat SD dan SMP di Kota Makassar diduga digelembungkan. Statusnya kini dinaikkan ke tahap penyidikan oleh jaksa.
Kepala Cabang Kejaksaan Pelabuhan Makassar Rionov Oktana mengatakan, pihaknya menemukan ada kerugian negara pada pembangunan smart toilet di dua kecamatan di Kota Makassar. Pembangunannya tidak sesuai dengan rencana anggaran biaya atau RAB.
"Kami menemukan ada penyelewengan yang mengakibatkan kerugian negara. Sehingga dinaikkan ke tahap penyidikan sejak tanggal 13 Juni 2022," ujar Rionov, Kamis, 16 Juni 2022.
Rionov mengaku sudah memeriksa sekitar 21 orang dalam kasus ini. Termasuk dari Dinas Pendidikan, rekanan, dan pihak sekolah.
Baca Juga: Anak Alex Noerdin, Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Dituntut Jaksa KPK 10 Tahun Tujuh Bulan Penjara
Jaksa menemukan pembangunan tidak sesuai dengan RAB di Kecamatan Wajo dan Ujung Tanah. Ada kesalahan sejak tahap perencanaan.
Untuk Kecamatan Wajo anggaran pembangunan smart toilet Rp960 juta. Sementara untuk Kecamatan Ujung Tanah Rp1,6 miliar.
Anggaran pembangunan proyek ini berasal dari Dana Insentif Daerah (DID) pada tahun 2018 oleh Dinas Pendidikan Kota Makassar. Dalam pelaksanaannya, diduga ada penyelewengan oleh pihak rekanan dan dinas pendidikan.
"Untuk Kecamatan Wajo ada tiga titik sekolah pembangunan smart toilet dan Ujung Tanah ada tujuh titik. Tim penyelidik telah menemukan tindak pidana dalam kasus ini dan mengarah pada kerugian negara," sebutnya.
Namun Rionov masih enggan membeberkan hasil perhitungan dugaan kerugian negara dari proyek tersebut. Saat ini masih dalam proses pemeriksaan dari lembaga pemeriksa.
Baca Juga: Menelisik Kasus Dugaan Korupsi Anggaran Pilwali Kota Surabaya 2020
"Sedang dihitung. Namun kami pastikan ada potensi kerugian negara," ujarnya.
Rionov menjelaskan tim penyelidik menemukan fakta yang berbeda di lapangan. Smart toilet harusnya menggunakan septic tank biotech dan pintu kubikal.
Smart toilet juga hanya digunakan selama tiga hingga lima bulan. Setelahnya rusak dan tak berfungsi.
"Ada yang pompanya harusnya dua, ternyata hanya satu. Air tidak mengalir dan ada kerusakan," bebernya.
Begitupun saat proyek itu selesai. Kuncinya harusnya diserahkan oleh pihak rekanan ke sekolah, tapi ternyata diserahkan ke Dinas Pendidikan.
"Ada juga fisik biotech septic tank yang harusnya tertanam dalam tanah, tapi ini tidak. Hanya ditutupi tripleks," ungkap Rionov.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- Beda Timnas Indonesia dengan China di Mata Pemain Argentina: Mereka Tim yang Buruk
- Ibrahim Sjarief Assegaf Suami Najwa Shihab Meninggal Dunia, Ini Profilnya
- Riko Simanjuntak Dikeroyok Pemain Persija, Bajunya Hampir Dibuka
- Pencipta Lagu Tagih Royalti ke Penyanyi, Armand Maulana: Padahal Dulunya Memohon Dinyanyikan
- Berapa Biaya Pembuatan QRIS?
Pilihan
-
Bareskrim Nyatakan Ijazah SMA dan Kuliah Asli, Jokowi: Ya Memang Asli
-
Gaji Dosen di Indonesia vs Malaysia vs Singapura, Negeri Ini Paling Miris!
-
Bimo Wijayanto Dipilih Prabowo Jadi Bos Pajak Baru, Sri Mulyani: Yang Tabah Pak Suryo!
-
Sah! Sri Mulyani Lantik Bimo Wijayanto dan Djaka Budi Utama jadi Bos Pajak dan Bea Cukai
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Punya Hubungan Dekat dengan Bintang Barcelona
Terkini
-
5 Maklumat MUI Kota Makassar Terkait LGBT
-
Rumah Digeledah di Makassar Terkait Kasus Kredit PT Sritex
-
Selvi Ananda Dua Kali Salah: Sulawesi Disebut Sumatera, Ini Reaksi Hadirin
-
Dari Lomba Masak Jadi Jutawan: Kisah Inspiratif Ibu Rumah Tangga Ubah Kelor Jadi Cuan
-
20 Orang Jaga Sapi Kurban Presiden Prabowo! Ini Alasan Juventus Jadi Pilihan Istimewa