Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 25 Mei 2022 | 09:52 WIB
Pekerja membersihkan tumpahan minyak mentah di Pantai Mae Ram Phueng, menyusul tumpahan yang disebabkan oleh kebocoran pipa bawah laut milik Star Petroleum Refining Public Company Limited (SPRC) di Rayong, Thailand, Sabtu (29/1/2022). [JACK TAYLOR / AFP]

Respon cepat adalah salah satu standar yang harus dimasukkan untuk melengkapi prosedur standar penanganan sehingga perlu peningkatan dalam penanganan tumpahan minyak dan pemulihan lingkungan.

“Kegiatan ini fungsinya menyegarkan kembali bagaimana metodologi pemulihan, karena bukan hal yang mudah mengambil tumpahan minyak di laut. Serta melakukan treatment pada air yang sudah bercampur dengan minyak,” tuturnya.

Upacara Dihadiri juga secara virtual oleh Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi. Hadir secara langsung Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Capt Mugen Sartoto serta delegasi negara sahabat, Kepala Delegasi Penjaga Pantai Filipina, Robert N Patrimonio dan Kepala Delegasi Penjaga Pantai Jepang, RADM Hashimoto Masanori.

Menteri Budi Karya Sumadi berharap komitmen Filipina atas kegiatan ini sebagai negara kepulauan terbesar bersama Indonesia dan berbatasan langsung.

Baca Juga: 5 Hits Bola: Butuh Hasil, 3 Striker yang Perlu Dicoba Shin Tae-yong di Kualifikasi Piala Asia

Demikian juga dengan Jepang yang selalu membantu dalam penanganan tumpukan minyak. Sehingga kegiatan latihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan untuk penanganan tumpahan minyak.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Laut Capt. Mugen Sartoto menyatakan kapal yang dilibatkan dari Indonesia termasuk yang memiliki kemampuan penanganan tumpahan minyak.

“Jepang sebagai pengamat menyiapkan satu kapal, Filipina empat kapal dan dari kita yang kelas 1 ada tiga kapal, kelas 2 ada dua kapal, itu yang langsung memiliki kemampuan untuk mengatasi tumpahan minyak. Lima lainnya dengan sebagai pendukung,” ujarnya. (Antara)

Load More