SuaraSulsel.id - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah KH Zainal Abidin mengemukakan, kehadiran Alquran di muka bumi. Menjadi sumber rujukan pengetahuan manusia, khususnya umat Islam.
"Kehadiran Alquran menjadi pengantar perubahan peradaban umat manusia," ucap Zainal Abidin dihubungi dari Palu, Selasa malam (19/4), berkaitan dengan momentum Nuzulul Quran.
Ia mengatakan Alquran menjadi pengantar peradaban manusia, karena Alquran menjadi sumber dari ilmu pengetahuan, hukum, sosial dan menjadi solusi berbagai persoalan kemanusiaan.
Oleh karenanya, ia menegaskan Alquran perlu dipelajari dengan baik dan benar, menyangkut dengan apa yang terkandung di dalam Alquran.
Baca Juga: Kebahagiaan Warga Kepulauan Maluku Dapat Wakaf Alquran di Tengah Ramadhan
"Alquran bukan hanya dibaca biasa, tapi perlu memahami dan menghayati maksudnya serta diamalkan," ungkap Zainal.
Dengan dibaca, dipahami dan menghayati maksud serta diamalkan, menurut Zainal, Alquran benar-benar ditempatkan sebagai petunjuk bagi setiap yang melakukan hal itu.
Zainal Abidin mengemukakan Nuzulul Quran atau malam dimana Alquran diturunkan, salah satu tujuannya, yakni sebagai pembeda yang baik dan buruk.
Pernyataan Zainal Abidin ini mengutip Firman Allah dalam Surah Al Baqarah Ayat 185 berbunyi "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)".
Karena itu, Rektor Pertama IAIN Palu ini mengemukakan bahwa setiap peringatan Nuzulul Quran di bulan Ramadhan oleh umat Islam, berdampak pada perubahan-perubahan dalam menjalani kehidupan.
Baca Juga: Posting Patung Salib dengan Keterangan Ayat Alquran, Agama Soraya Haque Dipertanyakan
Dia menyebut Alquran tidak diturunkan tanpa maksud dan tujuan. Bahkan, kata dia, Alquran tidak diturunkan dalam ruang kosong atau hampa. Melainkan ada suatu kondisi dan situasi tertentu sehingga Alquran di turunkan.
Dia menyatakan beberapa ayat dalam Alquran sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi. Dengan demikian, dibutuhkan pemahaman yang mendalam terkait memahami Alquran.
"Sehingga, penafsiran dan pemahaman Alquran harus juga kontekstual dengan kondisi budaya dan masyarakat saat ini," ujarnya.
Dia mengemukakan pemahaman yang dinamis sangat dibutuhkan dalam memahami teks Alquran. Memahaminya tidak boleh dengan pemahaman yang statis. Akan tetapi, pemahaman itu tidak harus meninggalkan konteks sejarah Alquran diturunkan. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Mees Hilgers Didesak Tinggalkan Timnas Indonesia, Pundit Belanda: Ini Soal...
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Miliano Jonathans Akui Tak Prioritaskan Timnas Indonesia: Saya Sudah Bilang...
- Denny Sumargo Akui Kasihani Paula Verhoeven: Saya Bersedia Mengundang..
- Elkan Baggott Kembali Tak Bisa Penuhi Panggilan Shin Tae-yong ke TC Timnas Indonesia
Pilihan
-
Harga Emas Antam Masih Bertahan Tinggi di Level Rp1.541.000/Gram Pada Akhir Pekan
-
Sambut Presiden dengan Kemewahan, Mercedes-Maybach S650 Pullman Jadi Tunggangan Prabowo di Abu Dhabi
-
Tangan Kanan Bongkar Shin Tae-yong Punya Kendala di Timnas Indonesia: Ada yang Ngomong...
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
Terkini
-
Lari Bareng di Bali Bisa Borong Hadiah Ratusan Juta
-
KPR BRI Property Expo 2024 Goes to Ciputra Surabaya, Banyak Hadiah dan Hiburan Menarik
-
Apakah Garmin Venu 3 Memiliki Layar Sentuh? Temukan Jawaban Beserta Fitur-Fitur yang Dimilikinya
-
Sosok Kasatreskrim AKP Ryanto Ulil Anshar Yang Ditembak Mati Rekannya Sendiri
-
Dikenal Religius, Oknum Dosen Unhas Lecehkan Mahasiswi Saat Bimbingan Skripsi