SuaraSulsel.id - Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan mengidentifikasi adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Ditemukan di sembilan daerah di Sulsel pada tahun 2021.
Berdasarkan data Dinkes Sulsel, sembilan daerah dengan kasus KLB PD3I yaitu Toraja, Enrekang, Luwu Timur, Sidrap, Jeneponto, Barru, Luwu, Makassar, dan Bulukumba.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sulsel Husny Thamrin mengatakan, imunisasi rutin harus segera digalakkan. Guna meningkatkan daya imun anak-anak di masa pandemi dan tentu dapat mencegah terjadinya KLB.
"Kita sudah jalan melalui BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang sudah dilakukan di sekolah untuk kelas 1-4. Edukasinya sudah jalan, dan pihak sekolah sudah paham bagaimana modelnya," ujar Husny, Senin 7 Maret 2022.
Berdasarkan data, KLB PD3I untuk Rubella terjadi di Kabupaten Toraja, Enrekang dan Jeneponto dengan masing-masing 1 kasus serta dua kasus di Luwu Timur dan Sidrap.
Sementara KLB Campak hanya ditemukan di Kabupaten Barru dengan 3 kasus. Selain itu, KLB difteri juga ditemukan satu di Kota Makassar, 1 di Luwu dan 2 di Bulukumba.
Saat ini, Dinkes Sulsel bersama UNICEF (United Nations Children's Fund) terus melakukan upaya pemenuhan hak imunisasi anak meski dalan masa pandemi COVID-19.
Pemenuhan hak imunisasi anak ini digalakkan melalui BIAS mulai Maret hingga April yang menargetkan pelajar Sekolah Dasar kelas 1 dan 2 untuk imunisasi difteri dan tetanus khusus. Sedangkan imunisasi HPV untuk pelajar kelas 5 SD.
Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Sulawesi dan Maluku Henky Widjaja, menjelaskan difteri sudah bisa dicegah dan dihilangkan dengan imunisasi. Sedangkan dampaknya serius. Sebab obatnya tidak dijual di pasaran. Sehingga harus dilaporkan ke pemerintah untuk disediakan obatnya.
Baca Juga: Cari Logo Ini pada Label Pangan Agar Terhindar dari Risiko Penyakit Tidak Menular
Menurutnya, satu kasus difteri berarti ada kemungkinan terjadinya kasus lain. Sebab tidak muncul sendiri dan masih ada penyebaran dan penularan.
"Itu yang ditakutkan, makanya harus tracing karena bagi pemerintah itu penting. Apakah populasinya terbatas hanya satu, dua atau lebih luas. Padahal difteri itu kan sudah bisa dicegah, kalau imunisasinya bagus. Sedangkan akibatnya bisa fatal, kalau kena difteri bisa mati," urainya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
Terkini
-
Anak Muda Rentan Stroke? Dokter Ungkap Faktor Pemicu yang Sering Diabaikan
-
1.345 Rumah Warga Terdampak Banjir di Tolitoli
-
Mandiri Bakti Kesehatan Sasar 600 Penerima Manfaat di Sulawesi dan Maluku
-
Eks Jaksa KPK Dilantik Jadi Kabag Hukum Pemkot Makassar
-
Pembunuh Shinzo Abe Mengaku Bersalah: Dendam Gereja Unifikasi Terungkap!