Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Minggu, 02 Januari 2022 | 12:22 WIB
Jenazah Mama Lisu, warga Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan terpaksa ditandu warga dengan berjalan kaki sejauh 30 Km [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Jenazah Mama Lisu, warga Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan terpaksa ditandu warga dengan berjalan kaki sejauh 30 Km.

Mama Lisu dikabarkan meninggal di Rumah Sakit Andi Djemma, Masamba, karena sakit. Namun, mobil angkutan jenazah yang mengantar hanya bisa sampai setengah jalan.

Kondisi jalan yang tidak beraspal dan berlumpur membuat jenazah harus diturunkan di tengah jalan.

Warga sekitar kemudian membantu memandu jenazah menggunakan bambu sambil berjalan kaki.

Baca Juga: Siswa SD di Luwu Utara Bertaruh Nyawa Sampai ke Sekolah

Jenazah kemudian dibungkus menggunakan terpal agar tidak terkena hujan. Sementara warga yang menggotong terpaksa menggunakan jas hujan plastik.

Jenazah dipikul mulai dari jalan yang rusak di Desa Embotana, Dusun Palanduan ke Desa Padang Balua. Karena tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. Jaraknya sekitar 30 Km.

Dalam video yang beredar di media sosial, lumpur jalanan bahkan setinggi betis orang dewasa. Apalagi di musim hujan seperti sekarang ini.

Hal tersebut cukup menyulitkan pengangkut jenazah. Sementara mereka harus berjalan kaki sejauh 30 Km.

Selama ini akses ke Seko memang hanya bisa dilalui menggunakan ojek atau pesawat. Karena Seko merupakan salah satu kecamatan terpencil yang ada di Luwu Utara.

Baca Juga: Banjir Landa Warga Luwu Utara Surut, Sawah Seluas 500 Hektare Terdampak

Warga yang ada di daerah tersebut hanya mengandalkan ojek motor. Sebagai satu-satunya infrastruktur yang memadai. Mereka harus merogoh kantong hingga Rp700 ribu jika ingin berkunjung ke Masamba, ibu kota Kabupaten.

Kejadian seperti ini di Luwu Utara bukanlah yang pertama kalinya. Hal tersebut membuat warganet mengecam pemerintah di media sosial.

Pemerintah selama ini dianggap menjadikan Seko sebagai bahan kampanye saja jika ingin maju menjadi kepala daerah. Tetapi tak bisa berbuat apa-apa.

Namun tak sedikit yang memuji aksi warga di sana. Interaksi sosial dan gotong royong mereka dianggap sangat kuat. Masih mau membantu mengangkat jenazah sejauh 30 Km dengan berjalan kaki.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More