Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 01 Desember 2021 | 14:33 WIB
Siswa SD di Desa Sulaku, Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan harus bertaruh nyawa agar bisa sampai ke sekolah [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Sejumlah siswa Sekolah Dasar (SD) bertaruh nyawa untuk sampai ke sekolah. Karena harus melewati derasnya arus sungai dan jembatan yang rusak.

Hujan deras disertai banjir terjadi di Kabupaten Luwu Utara dan sekitarnya sepekan terakhir. Membuat sejumlah fasilitas umum seperti jembatan rusak.

Salah satunya di Desa Sulaku, Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Jembatan kayu penghubung antar kampung di desa tersebut putus, sejak hari Senin, 29 November 2021.

Kondisi jembatan rusak parah. Selain kayunya sudah lapuk, pondasi jembatan juga rusak. Mengakibatkan konstruksi jembatan hancur.

Baca Juga: Banjir Landa Warga Luwu Utara Surut, Sawah Seluas 500 Hektare Terdampak

Hal tersebut membuat siswa sekolah dasar harus bertaruh nyawa demi bisa berangkat ke sekolah. Sebab, itu jembatan satu-satunya di desa tersebut yang bisa dilalui agar bisa sampai di sekolah dengan cepat.

Dalam video yang beredar di media sosial, puluhan pelajar memakai baju sekolah dasar nekat bergelantung di kayu jembatan yang sudah rubuh. Adapula yang terpaksa melewati arus sungai deras agar bisa sampai di sekolah.

"Jangan lewat situ, nak. Bahaya. Ayo ikut ibu menyeberang di sungai sana (yang lebih dangkal)," kata salah satu guru bernama Sahriani dalam video tersebut.

Sahriani kemudian terpaksa mencari jalur sungai yang lebih dangkal, walau jaraknya lebih jauh. Ia juga terlihat menyeberangkan para siswa tersebut, satu per satu walau dalam keadaan basah kuyup.

Siswa SD di Desa Sulaku, Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan harus bertaruh nyawa agar bisa sampai ke sekolah [SuaraSulsel.id/Istimewa]

"Untung ibu guru bawa celana cadangan walau sudah basah, demi anak-anak agar bisa sekolah," tambahnya.

Baca Juga: Siswa dan Guru Positif Covid-19, 6 Sekolah di Gunungkidul Ditutup

Ia berharap ada perhatian dari pemerintah kabupaten untuk memperbaiki jembatan tersebut. Sebab ada puluhan anak sekolah yang harus melewati jalan itu setiap hari.

Jika tidak segera diperbaiki, maka akses satu-satunya adalah harus melewati sungai. Sementara arus sungai di musim hujan seperti ini sangat deras.

"Berbahaya bagi anak-anak kami. Kami sangat mengkhawatirkan keselamatan mereka. Semoga pemerintah melihatnya dan bisa segera diperbaiki," ungkap Sahriani.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More