Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Minggu, 03 Oktober 2021 | 10:04 WIB
Sastra Sabtu Sore, di The Gade Coffee & Gold, di BTP Tamalanrea, Makassar, Sabtu 2 Oktober 2021 [SuaraSulsel.id / Istimewa]

SuaraSulsel.id - "Kita ini suka yang romantik, suka kembali ke masa lalu, ke kenangan," ungkap Agus K Saputra dalam acara Sastra Sabtu Sore, di The Gade Coffee & Gold, di BTP Tamalanrea, Makassar, Sabtu 2 Oktober 2021.

Karena itu, lanjut alumnus Fakultas Ekonomi, Universitas Mataram (Unram) ini, dia memberi judul buku kumpulan puisi terbarunya, "Bermain di Pasar Ampenan".

Buku terbitan tahun 2021 ini, merupakan buku keempat. Sebelumnya, dia menulis buku "Kujadikan Ia Embun" (2017), "Menunggu di Atapupu" (2018), dan "Sepucuk Surat dan Kisah Masa Kecil" (2020).

"Saya dedikasikan buku ini kepada almarhum ayah dan ibu saya, juga kepada adik yang sudah berpulang," katanya di hadapan penyair, seniman, jurnalis, akademisi, penggiat literasi, penulis, pendongeng, dan arsiparis yang menghadiri launching dan diskusi bukunya.

Baca Juga: Gemingnya Sebuah Sendu

Acara Sastra Sabtu Sore dihelat Komunitas Puisi (KoPi) Makassar sebagai ruang interaksi dan apresiasi antara penulis buku dan masyarakat. Kali ini, menghadirkan narasumber Agus K. Saputra, sebagai penulis buku "Bermain di Pasar Ampenan" dan sastrawan, Yudhistira Sukatanya, dengan moderator, Melati Syahrir, dari Penyala Literasi (Nyali).

Rusdin Tompo dari KoPi Makassar, saat memberikan pengantar diskusi menyampaikan bahwa komunitasnya hanya grup WhatsApp yang coba mendinamisasi iklim bersastra di daerah ini. Katanya, jika pegadaian menyelesaikan masalah tanpa masalah, maka KoPi Makassar menyelesaikan masalah dengan puisi.

Yudhistira Sukatanya, yang hadir sebagai pembahas buku, menyebut bahwa kegiatan seperti ini dibuat ringan saja, semacam bincang-bincang. Esensinya, puisi itu mempertemukan kita, sebagai pembaca dan penikmat sastra.

Penulis dan sutradara teater itu memuji Agus K Saputra yang dinilai produktif. Dalam tempo 4 tahunan, mampu menerbitkan 4 buku kumpulan puisi, di tengah kesibukannya sebagai pegawai BUMN.

Lelaki yang biasa dipanggil Kak Yudhi itu, bercerita, dia pernah ke Ampenan, tahun 1963. Kapal Pelni, KM Tobelo, yang ditumpanginya singgah, dalam pelayaran dari Jakarta ke Makassar. Kala itu, Gunung Agung di Pulau Bali meletus.

Baca Juga: Di Balik Rahasia Popularitas

Menurut Yudhistira, diksi-diksi puisi Agus K Saputra seperti kata-kata yang biasa kita temukan sehari hari. Terasa biasa saja, tapi musikal. Makanya, puisi-puisinya sudah ratusan yang dibuat musikalisasinya.

Load More