SuaraSulsel.id - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan akan menjalani isolasi mandiri. Untuk jangka waktu tertentu. Sehubungan dengan penemuan kasus COVID-19 di dalam rombongannya.
Putin menyampaikan keputusannya selama melakukan panggilan telepon dengan Presiden Tajikistan Emomali Rahmon, menurut siaran pers Kremlin.
Putin mengatakan kepada Rahmon bahwa lantaran harus menjalani karantina, maka ia akan berpartisipasi dalam KTT Organisasi Traktat Keamanan Kolektif (CSTO), KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), dan pertemuan bersama CSTO-SCO akhir pekan ini di ibu kota Tajikistan, Dushanbe melalui tautan video.
Putin dinyatakan negatif dan dalam kondisi baik-baik saja setelah baru-baru ini sejumlah kasus COVID-19 dikonfirmasi di antara kenalannya, demikian informasi juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Kontroversi Vaksin Booster
Mengutip VOA, kelompok pakar vaksin internasional telah mengemukakan tentangan terhadap pemberian suntikan penguat (booster) vaksin COVID-19 bagi masyarakat umum, suatu pendapat yang menentang ditingkatkannya upaya di AS dan negara-negara yang berjuang mengatasi lonjakan kasus baru.
Dalam esai yang diterbitkan Senin (14/9) di jurnal medis The Lancet, para pakar menyatakan berbagai studi belakangan ini menunjukkan vaksin yang digunakan sekarang ini di seluruh dunia terus memberikan perlindungan yang kuat terhadap virus corona meskipun ada varian delta yang lebih mudah menular.
Kecenderungan untuk memberikan booster vaksin COVID-19 dimulai setelah munculnya kajian dari Israel yang menunjukkan efektivitas vaksin dua dosis Pfizer menurun secara signifikan di kalangan lansia yang divaksinasi pada awal tahun ini. Data tersebut mendorong Israel untuk mulai memberikan suntikan booster untuk orang-orang berusia 50 tahun ke atas.
Para penulis menyatakan memodifikasi vaksin agar sesuai dengan varian tertentu COVID-19 merupakan pendekatan yang lebih baik daripada memberikan dosis tambahan dari vaksin awal.
Baca Juga: Demi Keamanan Rusia, Vladimir Putin Enggan Terima Pengungsi Afghanistan
Para penulis esai itu mencakup dua ilmuwan terkemuka di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Ana-Maria Henao-Restrepo dan Soumya Swaminathan, serta Dr. Marian Gruber dan Dr. Philip Krause, dua pejabat penting di kantor pengevaluasi vaksin di Badan Pengawas Makanan dan Obat AS (FDA) yang akan meninggalkan posisi mereka itu sebelum akhir tahun ini. The New York Times baru-baru ini melaporkan bahwa Gruber dan Krause kecewa atas pengumuman pemerintahan Biden baru-baru ini bahwa suntikan penguat akan ditawarkan untuk sebagian orang Amerika mulai bulan depan, sebelum FDA memiliki waktu untuk mengevaluasi data dengan selayaknya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Inilah Daftar Gaji Minimum Pekerja di Kota Makassar Mulai 2026
-
Stok Aman, Harga Agak Goyah: Cek Harga Bahan Pokok di Palu Jelang Natal & Tahun Baru 2026
-
Gubernur Sulsel Groundbreaking 'Jalan Tol' 35 KM Hubungkan Luwu Timur dan Sulawesi Tengah
-
BI Sultra Siapkan Rp980 Miliar Uang Tunai untuk Nataru 2025/2026
-
Makassar Bidik 6,18 Juta Wisatawan di 2025, Apa Strateginya?