Namun, Sultan Hasanuddin wafat pada 12 Juni 1670. Ketika itu Banten bertempur melawan VOC.
I Fatimah bersama pasukan perempuan asal Gowa yang disebut Bainea kemudian menyusul ke Pulau Jawa. Bainea adalah para janda yang ditinggal mati suaminya karena ikut berperang.
"Saat itu usia Fatimah disebutkan baru 12 tahun," tuturnya.
Kehadiran pasukan I Fatima disambut baik oleh Kesultanan Banten di bawah pimpinan Sultan Agung Tirtayasa. Mereka kemudian menyatukan kekuatan bersama pasukan putra Gowa lainnya, Syekh Yusuf.
Baca Juga: Berlaku Mulai Hari Ini, Harga Tes PCR di Makassar Rp 500 Ribu Hasil Keluar 16 Jam
Dijelaskan dalam pertempuran tersebut, pasukan Bainea di bawah pimpinan I Fatimah mampu memukul mundur VOC hingga ke perbatasan. Sementara pasukan Karaeng Galesong dan Karaeng Bontomarannu memutuskan ke Jawa Timur, membantu perjuangan Trunojoyo.
Belanda bahkan menyusun strategi menangkap I Fatimah dan Syekh Yusuf. Namun, gagal berulang kali.
Pada tahun 1693, Belanda berhasil menangkap Syekh Yusuf. Ia diasingkan ke Srilanka dan Cape Town, Afrika.
Melihat kondisi tersebut, I Fatimah kemudian memutuskan kembali berlayar pulang bersama pasukannya yang tersisa. Ia semakin membenci Belanda tatkala mendengar kabar Karaeng Galesong gugur di tangan Belanda.
I Fatimah kemudian menjalin hubungan diplomatik dengan Kesultanan Mempawah di Kalimantan Barat menyerang Belanda. Bersama pasukan Bainea yang tersisa, I Fatimah menyerang lewat laut.
Baca Juga: Lebih 70 Ribu Keluarga Penerima Manfaat Kota Makassar Akan Terima Bansos PPKM
Kapal-kapal dagang VOC dihancurkannya. Hal tersebut membuat Belanda marah. Sayembara bahkan dilakukan untuk menangkap I Fatimah.
Menurut sejarah, I Fatimah bertugas menjaga wilayah laut kerajaan Mempawah hingga akhir hayatnya. Pertempuran demi pertempuran melawan VOC masih berlangsung selepas itu hingga sang Garuda Betina tutup usia di Mempawah.
Sejarahwan Universitas Negeri Makassar, Bahri mengatakan I Fatimah dimakamkan di Mempawah. Bukan di Sulawesi Selatan.
I Fatimah dimakamkan di Tanjung Matoa, Temajo, Kabupaten Mempawah. Sejak saat itu, Gowa dan Mempawah punya ikatan emosional.
Hingga kini belum ada simbol atau penghargaan ke I Fatimah sebagai pejuang kemerdekaan. Namun makamnya masuk dalam kawasan perlindungan benda cagar budaya di Mempawah, Kalimantan.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Berita Terkait
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
Pilihan
-
Aura Farming Anak Coki Viral, Pacu Jalur Kuansing Diklaim Berasal dari Malaysia
-
Breaking News! Markas Persija Jakarta Umumkan Kehadiran Jordi Amat
-
Investor Ditagih Rp1,8 Miliar, Ajaib Sekuritas Ajak 'Damai' Tapi Ditolak
-
BLT Rp600 Ribu 'Kentang', Ekonomi Sulit Terbang
-
Usai Terganjal Kasus, Apakah Ajaib Sekuritas Aman Buat Investor?
Terkini
-
Kejati Sulsel Selidiki Dugaan Korupsi Program Revitalisasi Kampus UNM Rp87 Miliar
-
Lukisan Purba di Goa Leang-leang Maros Masuk Buku Sejarah Indonesia
-
Polisi Tahan 2 Dosen Perguruan Tinggi Negeri di Makassar, Dugaan Pelecehan Seksual
-
BRI: Sektor UMKM Mencakup lebih dari 97% dari 65 Juta Pelaku Usaha, Berkontribusi 61% pada PDB
-
UMKM Kuliner Naik Kelas, Binaan BRI Sukses Ekspor Berkat Strategi Pasar Tepat