Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 12 Agustus 2021 | 13:39 WIB
Gempa bumi dengan magnitudo 7,1 mengguncang Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara. Tidak menimbulkan tsunami [SuaraSulsel.id / Antara]

SuaraSulsel.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat hingga pukul 06.00 WIB terjadi delapan kali gempa susulan pasca gempa bermagnitudo 7,1 di Davao Filipina hingga Kepulauan Talaud Sulawesi Utara pada Kamis (12/8) dini hari.

"Hasil monitoring BMKG baru terjadi delapan kali gempa susulan dengan magnitudo minimum 4,1 dan magnitudo maksimum 5,3," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Kamis 12 Agustus 2021.

Pusat gempa yang terjadi pukul 00.46.15 WIB tersebut terletak pada koordinat 6,45 derajat Lintang Utara dan 126,73 derajat Bujur Timur tepatnya di laut pada jarak 63 kilometer timur Pondaguitan, Filipina atau pada jarak 270 kilometer Utara Melonguane, Kepulauan Talaud, Indonesia, dengan kedalaman 44 kilometer.

Dia mengatakan, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Laut Filipina yang menunjam ke bawah Filipina di zona megathrust yang dipicu mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan ciri khas mekanisme sumber gempa di zona tumbukan lempeng di zona megathrust.

Baca Juga: Terbukti Ampuh, Permintaan Plasma Konvalesen di Sulsel Meningkat

"Berdasarkan hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami, hal ini disebabkan karena kedalamannya yang relatif dalam untuk dapat memicu terjadinya gangguan kolom air laut dan memicu tsunami," tambah Daryono.

Namun gempa berpotensi menyebabkan kerusakan di wilayah Davao sebab guncangan gempa dirasakan sangat kuat di wilayah Davao Filipina mencapai skala intensitas V-VI MMI yang berpotensi merusak.

Guncangan gempa juga dan dirasakan kuat di wilayah Indonesia khususnya di Kepulauan Talaud dalam skala intensitas III-IV MMI dimana guncangan dirasakan oleh orang banyak. Gempa juga dirasakan di Sangihe dan Bitung dalam intensitas II - III MMI.

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. Jika memang tidak ada dampak kerusakan adalah wajar, karena jarak pusat gempa ke daratan wilayah daratan Filipina cukup jauh sekitar 80 kilometer," katanya.

Catatan Sejarah

Baca Juga: Satgas Covid-19 Sulsel : Banyak Warga Positif Tetap Beraktivitas di Luar Rumah

Berdasarkan catatan sejarah, gempa besar di zona Tunjaman Lempeng Laut Filipina cukup banyak. Hal ini menunjukkan di wilayah tersebut sudah sering terjadi gempa besar dan merusak pada masa lalu.

Gempa merusak tersebut yaitu gempa merusak Kepulauan Talaud 23 Oktober 1914 magnitudo 7,4. Gempa merusak Davao 14 April 1924 magnitudo 8,2. Gempa merusak Davao 25 Mei 1943 magnitudo 7,6. Gempa merusak Halmahera 27 Maret 1949 magnitudo 7,0.

Tercatat juga gempa merusak Davao 19 Maret 1952 magnitudo 7,7. Gempa merusak Kepulauan Talaud 24 September 1957 magnitudo 7,2. Gempa merusak Halmahera Utara dan Morotai 8 September 1966 bermagnitudo 7,7. Gempa merusak Kepulauan Talaud 30 Januari 1969 magnitudo 7,6. Serta gempa merusak Maluku Utara dan Morotai pada 26 Mei 2003 dengan magnitudo 7,0.

Gempa Filipina

Gempa dengan magnitudo 7,1 mengguncang lepas pantai tenggara Filipina pada Kamis dini hari, demikian menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), tapi sejumlah lembaga mengesampingkan potensi tsunami.

Gempa tersebut berkedalaman 65,5 km, kata USGS. Penyiar CNN melaporkan Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) awalnya memperkirakan bakal terjadi kerusakan dan gempa susulan.

Namun, tidak ada laporan awal mengenai gempa susulan atau kerusakan yang signifikan.

Phivolcs juga mengatakan bahwa ada ancaman tsunami di negara tersebut. Sementara, Badan Cuaca Nasional AS (NWS) dan Manajemen Darurat Hawaii menyebutkan bahwa tidak ada risiko tsunami untuk Pantai Barat AS maupun Hawaii.

Filipina berada di posisi Cincin Api Pasifik yang secara geologi aktif dan kerap mengalami gempa bumi.(Antara)

Load More