Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Selasa, 27 Juli 2021 | 16:53 WIB
Universitas Hasanuddin menyelenggarakan upacara penerimaan dan pengembangan karakter mahasiswa baru (P2KMB) untuk 6.949 mahasiswa tahun akademik 2020/2021 secara virtual, Senin (7/9/2020) / Foto: subdit Humas dan Informasi Publik Direktorat Komunikasi Universitas Hasanuddin

SuaraSulsel.id - Presiden Jokowi menekankan agar lembaga pendidikan tinggi atau kampus dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman.

"Jangan sampai pengetahuan dan keterampilan mahasiswa itu justru tidak menyongsong masa depan. Pengetahuan dan keterampilan yang hebat di masa kini bisa jadi sudah tidak dibutuhkan lagi dalam lima tahun atau sepuluh tahun ke depan. Mahasiswa harus disiapkan (untuk) menguasai pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk zamannya," tegas Presiden Jokowi saat membuka Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) Tahun 2021 secara virtual pada Selasa, 27 Juli 2021.

Presiden Jokowi mendorong perguruan tinggi berkolaborasi dengan para praktisi dan pelaku industri. Demikian juga sebaliknya, di mana para pelaku industri sangat membutuhkan talenta dan inovasi teknologi dari perguruan tinggi.

"Oleh karena itu, ajak industri ikut mendidik para mahasiswa sesuai dengan kurikulum industri, bukan kurikulum dosen, agar para mahasiswa memperoleh pengalaman yang berbeda dari pengalaman di dunia akademis semata," imbuhnya.

Baca Juga: Penyukuhan Hukum Terhadap Masyarakat Desa Pabuaran Gunung Sindur

Di samping itu, Jokowi juga mendorong kampus untuk memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mengembangkan talentanya masing-masing.

Menurutnya, mahasiswa di jurusan yang sama tidak berarti harus belajar tentang hal yang sepenuhnya sama. Mahasiswa di jurusan yang sama tidak berarti nantinya harus berprofesi yang sama.

"Setiap mahasiswa mempunyai talentanya masing-masing, dan talenta ini yang harus digali, difasilitasi, dan dikembangkan. Itulah esensi dari program Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar," ungkapnya.

"Apa pun jenis profesi masa depan, semuanya membutuhkan hybrid knowledge dan hybrid skills. Jangan memagari disiplin ilmu terlalu kaku. Korbannya bukan hanya para alumni yang gagap menyongsong masa depan, melainkan juga perguruan tinggi (yang) tidak mampu membangun relevansi dalam dunia yang sedang terdisrupsi," jelasnya.

Presiden Jokowi juga meminta perguruan tinggi yang usianya sudah tua untuk segera melakukan peremajaan diri, peremajaan kurikulum dan sistem pembelajaran, peremajaan manajemen dan perilaku, agar tetap tangguh dan kompetitif di dunia yang baru.

Baca Juga: Kapolda Metro Jaya: Aksi Unjuk Rasa di Tengah Pandemi Tindakan Tidak Populer

Bagi perguruan tinggi yang masih muda, hal ini merupakan kesempatan emas karena tidak terbebani untuk membuang tradisi kerja masa lalu.

"Perguruan tinggi baru berkesempatan untuk melompat ke cara kerja baru, ke kurikulum baru, ke manajemen model baru. Disrupsi sekarang ini memberikan kesempatan kepada pendatang baru, kepada yang remaja untuk mendahului yang lama, yang terbebani dengan cara-cara lama," terangnya.

Di sisi lain, Presiden Jokowi memastikan bahwa pemerintah bekerja keras untuk mengembangkan ekosistem kebijakan yang kondusif bagi pengembangan cara-cara baru yang lebih produktif dan efisien. Presiden berharap perguruan tinggi bisa membangun cara kerja baru dengan lebih progresif.

"Saya harap perguruan tinggi harus lebih progresif dalam membangun cara kerja baru untuk menyiapkan masa depan para mahasiswa kita, dan untuk menyiapkan Indonesia mendahului negara-negara lain," tutupnya.

Load More