SuaraSulsel.id - Ketua Majelis Syuro Partai Masyumi, Abdullah Hehamahua menyatakan 34 persen siswi di sekolah seluruh Indonesia sudah tidak perawan. Penyebabnya, karena mereka kerap melakukan hubungan seks layaknya pasangan suami istri.
Siswi-siswi yang dimaksud sudah tidak perawan tersebut berada di lingkungan Sekolah Menegah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Atas (SMA) di Indonesia. Para siswi tersebut kerap melakukan aborsi setelah hamil.
"34 persen siswi di SMP dan SMA di seluruh Indonesia tidak gadis lagi. 34 persen. Mereka yang senang beberapa kali melakukan aborsi," kata Abdullah Hehamahua saat menjadi pembicara di STIE Wira Bhakti Makassar, Rabu 26 Mei 2021.
Menurut Abdullah Hehamahua, penyebab siswi-siswi tersebut tidak perawan, karena mereka kerap melakukan hubungan seks dengan pasangannya seperti pasangan suami istri. Hubungan seks didominasi dilakukan di rumah sendiri saat keluarga sudah meninggalkan rumah.
"Survei yang kedua hasilnya itu mendahsyatkan. Tempat yang aman melakukan seks bukan suami istri, bukan di hotel atau penginapan. Tapi di rumah sendiri," kata Abdullah mengutip hasil survei sebuah lembaga.
"Kenapa di rumah sendiri? Karena bapak kerja, ibu kerja, kakak kerja. Adik sekolah. Tempat yang aman di rumah sendiri," tambah Abdullah.
Selain itu, kata Abdullah yang juga diketahui merupakan mantan Penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut bahwa tempat lain untuk melakukan hubungan seks berada di Warung Internet (Warnet).
Hal ini ia ketahui berdasarkan hasil survei di salah satu warnet di Jakarta. Di sana, kata Abdullah, banyak air mani yang ditemukan oleh petugas di atas karpet. Saat membersihkan warnet tersebut.
"Hasil survei di Jakarta, di salah satu warnet petugas membersihkan karpet di temukan air mani di atas karpet. Kenapa? Malam hari warnet kan ada sekat (pembatas). Petugas ada di luar, mereka buka google terus memperaktekkan di situ," katanya.
Baca Juga: Debat panas Abdullah Hehamahua vs Ngabalin, Bawa-bawa Orangtua
Kritik Sistem Pendidikan
Abdullah Hehamahua menilai bahwa sistem pendidikan nasional di Indonesia gagal. Sebab, rata-rata pelaku korupsi yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sampai sekarang, 86 persen merupakan sarjana. Sehingga, status pendidikan di Indonesia adalah koruptor.
"Pendidikan nasional kita itu gagal, maaf. Krisis korupsi, korupsi yang tadi 1.200 yang ditangkap KPK sampai sekarang 86 persen sarjana. Ada S1, S2 dan S3. Bahkan mayoritas dari mereka itu adalah S2 berarti status pendidikan kita ini adalah koruptor," ungkap Abdullah.
Persoalan tersebut, kata dia, dapat diselesaikan dengan cara yang sederhana. Melakukan perbaikan pada sistem pendidikan nasional dan sistem pemerintah.
"Sederhana sekali. Cukup kita lakukan dua perbaikan pertama pendidikan nasional dan sistem pemerintah. Dua saja," katanya.
Kontributor : Muhammad Aidil
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
UNM Tingkatkan Produksi Pertanian Lahan Tadah Hujan dengan Energi Surya
-
Pelajaran dari Palu: 7 Tahun Setelah Bumi Berguncang dan Laut Mengamuk
-
Penggugat Polda Sulsel Rp800 Miliar Cabut Laporan, Ada Apa ?
-
Miris! Guru Pedalaman Tana Toraja Utang Ojek Rp10 Juta Demi Mengajar
-
Sulsel Gandeng Vingroup Vietnam Kembangkan Energi Hijau dan Kendaraan Listrik