"Sebenarnya sebelum sahabat-sahabat berkumpul di sini itu hanya ada sekitar 7 KK di sini sahabat yang bermukim. Lalu sahabat kita dari Palopo yang banyak hijrah ke sini dan kemudian terus berkembang. Ada yang dari Takalar, Maros, Bone, Jawa, Sumatera dan kumpul di sini. Sehingga sekarang ini ada sekitar kurang lebih 100 KK yang bermukim di sini," terang Samiruddin.
Samiruddin mengemukakan jumlah jemaah An Nadzir di Provinsi Sulawesi Selatan memang telah mencapai ribuan orang. Namun, yang menjadi pusat pergerakan aktivitas An Nadzir di Sulsel berada di Perkampungan Mukmin An Nadzir di Kabupaten Gowa. Kemudian di Kabupaten Palopo dan Bone.
"Sekarang juga di Palopo kita juga ada lokasi di situ sekitar dua hektare. Yang selanjutnya akan kita rintis kedepan seperti yang di Gowa ini. Bone juga sudah ada sedikit tapi belum terlalu luas," katanya.
"Kalau di kabupaten-kabupaten lain itu kadang-kadang berjalan sendiri-sendiri saja. Seperti Takalar, Bulukumba. Makassar juga banyak tapi kalau di Makassar dia ke sini saja kalau misalnya Jumatan karena agak dekat," sambung Samiruddin.
Cara bertahan hidup jemaah An Nadzir di Sulsel, kata Samiruddin, masih sama seperti yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Seperti bergerak di bidang pertanian dengan mengarap sawah dan kebun.
Kemudian, bergerak di bidang peternakan dan perikanan, buruh bangunan, pegawai negeri, pegawai PLN, guru hingga menjadi pengusaha dan pedagang. Untuk menghidupi keluarganya.
"Masing-masing jemaah itu beraktivitas sesuai dengan skil yang dimiliki masing-masing. Bahkan, ada juga kita punya jemaah meski pun hanya sekali-kali datang ke sini. Ada TNI dan Polri begitu, dia tidak mukim di sini dia tinggal di luar. Kadang hanya buat pondok di sini datang sekali-kali misalnya untuk jumatan. Jadi latar belakangnya di sini bervariasi," beber Samiruddin.
Samiruddin tidak menampik bahwa memang ada sejumlah jemaah An Nadzir yang sudah tidak aktif dalam kegiatan amalan zikir akbar pada malam Jumat untuk jemaah pria. Sedangkan, untuk kegiatan amalan jemaah An Nadzir perempuan digelar setiap hari Minggu.
"Kita di sini, itu ada standar amalan. Paling tidak datang jumatan, ada juga setiap malam Jumat zikir akbar begitu. Kalau ibu-ibunya itu setiap hari Minggu. Itu yang saya kira anggota An Nadzir yang aktif melakukan kegiatan. Kalau yang lain itu mungkin karena sibuk dengan aktivitas di luar. Jadi dia hanya menjalankan amalan-amalan yang diajarkan guru dan imam An Nadzir saja ya. Yang berkaitan dengan hukum dan sunah yang sudah diajarkan," katanya.
Baca Juga: Jadi Ciri Khas, 3 Makanan Ini Pasti Selalu Ada Pas Ramadan
Kontributor : Muhammad Aidil
Berita Terkait
Terpopuler
- Tanpa Naturalisasi! Pemain Rp 2,1 Miliar Ini Siap Gantikan Posisi Ole Romeny di Ronde 4
- Akal Bulus Dibongkar KPK, Ridwan Kamil Catut Nama Pegawai Demi Samarkan Kepemilikan Kendaraan
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- Bocor! Timnas Indonesia Naturalisasi 3 Pemain Keturunan, Ada dari Luar Eropa
- Thijs Dallinga Keturunan Apa? Striker Bologna Mau Dinaturalisasi Timnas Indonesia untuk Ronde 4
Pilihan
-
Ekonom Senior Kwik Kian Gie Meninggal Dunia
-
Pelatih Vietnam Akui Timnya Kelelahan Jelang Hadapi Timnas Indonesia U-23
-
Orang Dekat Prabowo dan Eks Tim Mawar Ditunjuk jadi Presiden Komisaris Vale
-
Bukti QRIS Made In Indonesia Makin Kuat di Dunia, Mastercard Cs Bisa Lewat
-
Luhut Ungkap Proyek Family Office Jalan Terus, Ditargetkan Beroperasi Tahun Ini
Terkini
-
Berhasil Turunkan Angka Stunting, Pemprov Sulsel Raih Penghargaan Quick Wins
-
Mantan Ketua KONI Makassar Dituntut 6 Tahun Penjara
-
Wajib Tahu! Makna Unik 20 Nama Tempat di Kota Makassar
-
Pemprov Sulsel Ungkap Nasib Bandara Toraja: Ditutup atau Subsidi Terus?
-
BRI: KPR Subsidi Jadi Komitmen BRI dalam Memperluas Akses Pembiayaan Perumahan