Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Jum'at, 09 April 2021 | 18:20 WIB
Abdullah Hadi (30 tahun), penjual nasi kuning di Kabupaten Kolaka / [telisik.id]

SuaraSulsel.id - Abdullah Hadi (30 tahun), penjual nasi kuning di Kabupaten Kolaka selalu membaca Alquran ketika menunggu pembeli.

Warga Kelurahan Laloeha, Kecamatan Kolaka, ini juga senantiasa mengulang-ulang hafalan ayat Alquran yang telah dihafalnya. Karena bacaannya dianggap bagus, hadi juga sering diamanahkan menjadi imam salat di salah satu masjid.

Sehari-hari, Hadi menjual nasi kuning di pinggiran Jalan Perkantoran Pemda Kabupaten Kolaka.

Profesi sebagai penjual nasi kuning, sudah Hadi lakukan sejak 8 bulan terakhir.

Baca Juga: Astagfirullah Masjid di Cianjur Terbakar, Tapi Rak Berisi Alquran Selamat

Menurutnya, berjualan atau bekerja seharusnya tidak menghalangi seseorang untuk bisa menjalankan perintah agama. Bahkan, kata dia, setiap pekerjaan itu bisa bernilai ibadah apabila diniatkan untuk kebaikan. Untuk mencari ridha dari yang maha kuasa.

Kendati demikian, dirinya mengaku apa yang dilakukannya justru mengundang perhatian orang lain yang lalu lalang di jalan, bahkan tidak sedikit orang yang memandang aneh dan tak lazim apa yang dilakukannya.

"Iya mas, kadang-kadang orang itu kalau lagi lewat lihat saya begini menjual baru mengaji mereka heran. Mereka tatap terus matanya sama saya," katanya kepada Telisik.id -- jaringan Suara.com, Jumat 9 April 2021.

Hadi mengungkapkan, terkadang pekerjaannya tersebut mendapat cemohan dan respon negatif dari keluarganya.

"Hanya itu saja kasian pak, saya jual nasi kuning begini selalu dipandang sebelah mata sama keluarga sendiri. Mungkin karena mereka hidupnya serba berkecukupan," imbuhnya.

Baca Juga: Kebakaran Melanda Masjid di Cianjur, Rak Kayu Berisi Alquran Tetap Utuh

Semua itu tidak membuatnya berkecil hati dan masih mensyukuri atas profesinya saat ini.

Hadi menjual nasi kuningnya seharga Rp 5 ribu per bungkus. Kadang dalam sehari, Hadi hanya mampu menjual 3 sampai 8 bungkus, bahkan terkadang tak ada satu pun yang terjual sama sekali.

Meskipun hidup dalam keadaan pas-pasan, Hadi tak lupa untuk selalu berbagi terhadap sesama.

Ia selalu membagikan sisa dari nasi kuning yang tidak habis terjual kepada para pemulung yang melintas di sekitar jalan.

"Biasa itu juga kalau tidak laku saya bagi-bagi sama pemulung yang suka lewat di sini. Namanya kita ini kan harus berbagi juga, saya kasihan juga liat orang pemulung begitu," tambahnya.

Bagi Hadi, dengan kebiasaan berbagi membuat dirinya senang dan bersyukur karena dapat berbagi rezeki dengan orang lain.

Saat ini, Hadi tinggal seorang diri dengan mengontrak rumah di Jalan Stadion Konggoasa, Kelurahan Laloeha, Kabupaten Kolaka.

Sebelumnya, Hadi merupakan alumni santri yang pernah menimbah ilmu agama selama 4 tahun di pondok pesantren (Ponpes) Daarul Hikmah, yang berada di daerah Kabupaten Kolaka Utara (Kolut).

Load More