SuaraSulsel.id - Tiga pekan pasca gempa merusak di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat. Penanganan pengungsi korban gempa masih belum maksimal.
Relawan masih menemukan lokasi pengungsian di daerah terpencil dan terisolir. Banyak perempuan, anak-anak, dan bayi. Jauh dari jangkauan pemerintah.
Pengungsi ini bertahan hidup dengan fasilitas dan makanan seadanya. "Kadang mereka hanya bertahan dengan mengkonsumsi mie instan. Faktanya memang begitu," kata Mulyadi Prayitno, Direktur Pelaksana YKPM dan relawan Pos Perempuan kepada SuaraSulsel.id, Senin 8 Februari 2021.
Menurut Mulyadi, relawan Pos Perempuan berkunjung ke dua dusun di Majene. Melihat 77 kepala keluarga. Terdiri dari 69 anak dan 13 bayi hidup dan bertahan di bawah tenda.
Baca Juga: Sakit di Pengungsian, 2 Korban Gempa Mamuju Diangkut Helikopter
Lokasinya di Desa Salutahongan, Dusun Salubiru dan Salurindu, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene.
"Kondisi pengungsi di Majene sangat memprihatinkan. Karena medannya yang sulit dijangkau," ungkap Mulyadi.
"Bayi-bayi dalam tenda yang panasnya sampai 34 derajat celcius," tambahnya.
Relawan Pos Perempuan datang membawa bantuan beras dan kebutuhan khusus perempuan dan anak.
Timbul pertanyaan, kenapa banyak perempuan dan anak-anak yang mengungsi ?
Baca Juga: Korban Gempa Mamuju Diserang Penyakit Gatal, Mencret, dan Rematik
Menurut Mulyadi, fakta di lapangan banyak perempuan di Majene yang menikah muda. Umumnya mereka menikah di usia 15 tahun.
Ada ibu yang umurnya 25 tahun sudah punya 5 orang anak. Bahkan ada yang umurnya baru 35 tahun sudah memiliki 8 orang anak.
Mulyadi meminta pemerintah segera membentuk sub klaster perlindungan perempuan, anak, dan kelompok rentan di lokasi pengungsian. Sebelum korban meninggal dan mengalami kekerasan berbasis gender.
"Bisa saja terjadi kalau sudah lama di pengungsian," kata Mulyadi.
Lokasi pengungsian juga haru diperhatikan sarana Mandi Cuci Kakus (MCK), dan posko pemeriksaan kesehatan.
"Bantuan yang masuk harus berspektif gender dan kelompok rentan. Pemerintah harus melibatkan masyarakat sipil," katanya.
Muhammad Ridwan Alimuddin, aktivis literasi di Majene mengatakan sudah ada laporan bayi meninggal di lokasi pengungsian karena sakit.
"Semalam mendapat informasi ada lagi bayi yang meninggal karena sakit di pengungsian," kata Ridwan.
Berita Terkait
-
Bahaya Penyakit Jantung Bawaan dari Lahir, Ini Tanda-tandanya
-
Puluhan Staf Rumah Sakit Terseret dalam Kasus Penipuan Jaminan Sosial yang Merenggut Nyawa Bayi di Turki
-
Penyebab Dan Gejala Cacar Air yang Kerap Menjangkiti Anak-anak Dan Dewasa Belum Tervaksin
-
Bahaya PCOS dan Obesitas saat Hamil: Bayi Berisiko Lahir dengan Berat Badan Rendah!
-
5 Kesalahan Orang Tua yang Bikin Bayi Susah Tidur, Kenali Penyebab dan Solusinya!
Terpopuler
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Momen Suporter Arab Saudi Heran Lihat Fans Timnas Indonesia Salat di SUGBK
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Kekayaan AM Hendropriyono Mertua Andika Perkasa, Hartanya Diwariskan ke Menantu
Pilihan
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
-
Kenapa KoinWorks Bisa Berikan Pinjaman Kepada Satu Orang dengan 279 KTP Palsu?
-
Tol Akses IKN Difungsionalkan Mei 2025, Belum Dikenakan Tarif
-
PHK Meledak, Klaim BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp 289 Miliar
Terkini
-
Sosok Kasatreskrim AKP Ryanto Ulil Anshar Yang Ditembak Mati Rekannya Sendiri
-
Dikenal Religius, Oknum Dosen Unhas Lecehkan Mahasiswi Saat Bimbingan Skripsi
-
Memanas! Dua Mantan Wali Kota Parepare Saling "Buka Aib" di Rapat Komisi II DPR RI
-
Bye-bye Stadion Mattoanging, Welcome Stadion Sudiang 2025!
-
Polri Tegaskan Netralitas di Pilkada 2024, Ancam Tindak Tegas Anggota yang Berpolitik Praktis