Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Minggu, 31 Januari 2021 | 13:37 WIB
Sejumlah warga mengungsi di dataran tinggi di Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (15/1/2021). [ANTARA FOTO/ Akbar Tado]

SuaraSulsel.id - Dua minggu pasca gempa Mamuju dan Majene, sejumlah warga masih memilih bertahan di tenda pengungsian. Selain takut gempa susulan, beberapa warga tidak bisa kembali karena rumah mereka ambruk.

Pengungsi yang tinggal di bawah tenda pun makin banyak terserang penyakit. Seperti gatal-gatal, mencret, dan rematik.

Mustaming, Anggota BPD Desa Tubo Baturoro mengatakan, pengungsi yang terkena penyalit berasal dari Desa Baturoro. Sudah 12 hari di atas gunung.

“Pengungsi gempa Tubo Baturoro sudah mulai sakit – sakitan, seperti diare, tekanan darah dan gatal – gatal. Karena selama 12 hari di gunung tempat pengungsian, para pengungsi jarang mendapatkan pemeriksaan kesehatan,“ kata Mustaming kepada pojokcelebes.com -- jaringan suara.com -- Sabtu 30 Januari 2021.

Baca Juga: Jadi Relawan Gempa Sulbar, Aktor Fauzi Baadila: Bikin Mental Nggak Lembek!

Setelah dilaporkan, pengungsi langsung dikunjungi tim medis. Memeriksa kesehatan dan memberikan pengobatan.

Untuk memudahkan kontrol kesehatan dan berobat, puluhan pengungsi diminta pindah ke lokasi yang mudah dijangkau.

“Mereka saat ini pindah dan membuat tenda di samping rumahnya masing – masing demi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, “ ujar Mustaming.

Bidan desa Uswati memgaku petugas kesehatan sudah berkunjung ke lokasi pengungsian bersama Tim Relawan Niqab Squad. Dipimpin relawan dari Jakarta.

“Setelah kami dengar ada pengungsi diserang penyakit. Kami langsung memberikan pelayanan kesehatan bersama para dokter dan perawat. Berupa pemeriksaan dan obat sesuai kondisi penyakit masing – masing pasien,“ katanya.

Baca Juga: Tidur yang Cukup Dapat Membantu Tubuh Melawan Infeksi, Termasuk Covid-19

Load More