SuaraSulsel.id - Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut hampir 3.000 bencana alam terjadi di Indonesia dalam setahun terakhir.
Kepala Bidang Pengelolaan Data dan Sistem Informasi BNPB Teguh Harjito mengatakan hal ini terjadi karena Indonesia merupakan negara yang terletak diantara ring of fire.
Sehingga banyak gunung berapi yang masih aktif dan berisiko tinggi terhadap bencana alam.
Ia juga menyebut kondisi tersebut membuat BNPB membuat database terkait kejadian bencana yang ada di Indonesia yakni Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI)
"Keadaan ini menyebabkan banyak terjadi bencana di negeri kita, di BNPB walaupun baru berdiri di tahun 2008, kami coba mengupayakan untuk membuat aplikasi (DIBI) yang didalamnya terdapat database tentang kejadian bencana yang ada di Indonesia," ujar Teguh dalam jumpa pers terkait 'Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) sebagai Referensi Data Kebencanaan' melalui zoom, Rabu (30/12/2020).
Teguh menjelaskan di dalam aplikasi DIBI terdapat data sejarah kejadian bencana yang terjadi di Indonesia mulai tahun 1815.
BNPB kata Teguh juga mengupayakan dan mengumpulkan data bencana sebelum tahun 1815.
"Tentang aplikasi DIBI di mana di dalamnya terdapat data dari tahun 1815 dan kita coba mengupayakan mengumpulkan, data yang lebih banyak lagi di tahun-tahun sebelumnya ini sedang kita upayakan, kita coba menggali dari berbagai macam sumber, sehingga nanti database bencana Indonesia lebih kaya lagi, itu yang kita miliki," ucap dia.
Di laman dibi.bnpb.go.id, masyarakat kata Teguh bisa melihat data bencana -bencana di masa lampau dan dimana saja terjadi dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Geram Ada Oknum Jual Surat Keterangan Sehat Palsu, dr Tirta: Laknat Kau!
"Dari DIBI juga dilihat bencana-bencana yang sudah lampau, ada dimana saja, Kita juga bisa membandingkan dari tahun ke tahun atau menurut periode waktu tertentu, ini bisa kita lihat nanti," kata Teguh.
Kemudian secara spasial, BNPB juga memiliki data kejadian bencana lewat peta krisis melalui laman yang bisa diunduh gis.bnpb.go.id.
Selain itu juga BNPB juga memiliki aplikasi Inarisk yang bisa diunduh di inarisk.bnpb.go.id.
Di laman Inarisk, masyarakat bisa mengetahui risiko bencana di wilayahnya seperti banjir, banjir bandang, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem dan abrasi, gempa bumi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, letusan gunung api, tanah longsor, tsunami, dan bencana multibahaya.
"Bagaimana kita bisa melihat 1 daerah atau kalau kita pergi ke suatu, kita bisa mengetahui di daerah tersebut tinggi sedang atau rendah dari misalkan satu jenis bahaya bencana, ada juga yang penilaian dari sisi multi bencana, multi bahaya bencana," kata Teguh.
Tak hanya itu, Teguh menjelaskan konsep penanggulangan bencana di Indonesia yakni pentahelix. Di dalam konsep penanganan ini menitikberatkan semangat gotong rotong.
Berita Terkait
-
Bencana Lahar Hujan Semeru, 300 KK Terisolasi dan Akses Jalan Terputus
-
Hadapi Musim Hujan, Kapolda Metro Petakan Wilayah Rawan hingga Siagakan Ratusan Alat SAR!
-
Waspada Banjir Rob, BPBD DKI Peringatkan 11 Kelurahan di Pesisir Utara
-
Hari Terakhir Modifikasi Cuaca, BMKG Klaim Curah Hujan Turun 43 Persen
-
Longsor Tutup Jalan Trans Sulawesi di Gorontalo
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan