SuaraSulsel.id - Rahayu, wanita berhijab berparas teduh. Menghabiskan hari-harinya untuk melawan stigma publik terhadap para perempuan dengan HIV atau dikenal dengan ODHIV.
13 tahun lalu, ia harus terima kenyataan pahit. Dirinya positif HIV.
Selama itu juga, Rahayu harus mengecap pahitnya dijauhi keluarga dan orang sekitar. Ibu empat orang anak ini tidak pernah membayangkan dirinya menjadi salah satu orang dengan HIV. Rahayu tertular dari suami pertamanya yang merupakan pengguna narkoba jenis suntik.
Rahayu ingin melawan stigma bahwa ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah orang terkucilkan yang perlu dijauhi.
Baca Juga: Penelitian FKUI: HIV Berisiko Menetap Pada Homoseksual dan Transgender
Dia bergabung dengan Ikatan Perempuan Positif Indonesia atau IPI dan saat ini menjabat sebagai koordinator. Organisasi tersebut merupakan wadah bagi para perempuan dengan HIV (ODHIV).
"Stigma publik terhadap ODHIV masih tinggi. Seolah-olah, duduk bersama saja sudah dianggap menular," kata Rahayu saat berbincang dengan SuaraSulsel.id, Selasa (1/12/2020).
Awalnya, ia mengaku terlambat mengetahui jika virus mematikan tersebut telah menjangkiti tubuhnya. Informasi terkait HIV kala itu, katanya masih sangat minim. Ia tahu setelah mengikuti penyuluhan dari Puskesmas.
"Karena saat itu suami meninggal dalam keadaan (positif) baru dikasih tahu ke saya. Saya kemudian periksa dan betul, positif HIV," tuturnya.
Pascavonis tersebut, sebagai manusia biasa, Rahayu sempat merasa putus asa. Apalagi mengingat stigma sebagian besar masyarakat terhadap pengidap HIV sangat buruk. Ia harus mendapat diskriminasi.
Baca Juga: Hari AIDS Sedunia 2020, Kemenkes Ungkap 3 Indikator Pengendalian HIV-AIDS
Kondisi terparah dialaminya saat keluarga mulai menjauhinya. Padahal di kondisi seperti itu, ia sangat butuh dukungan. Belum lagi jika harus berobat, pelayan kesehatan selalu mempersulitnya.
"Jadi tidak hanya tetangga yang jauhi saya, keluarga juga. Begitu pula kalau mau berobat, selalu dipersulit. Pokoknya susah," keluhnya.
Oleh pendamping atau konselor, Rahayu lalu dibekali berbagai keterampilan. Dari situlah, Rahayu mulai bangkit dan terpanggil untuk mendampingi perempuan-perempuan lain yang menjalani nasib sama dengannya.
"Termasuk bagaimana menyadarkan masyarakat bahwa kami (ODHIV) tidak semengerikan itu. Kami juga sama seperti mereka, karena virus ini tidak sama dengan Covid-19. Bisa menular hanya dengan bersin, tidak," terangnya.
Kini setelah 13 tahun hidup dengan HIV, Rahayu menunjukkan dirinya bisa bertahan dan baik-baik saja. Ia bisa menikah kembali dan memiliki anak-anak yang lucu tanpa mengidap virus yang sama. Anaknya dan suaminya negatif.
Melalui organisasi IPI, Rahayu berusaha membuka mata masyarakat bahwa perempuan ODHIV memiliki hak yang sama dengan perempuan lainnya. Ia berharap stigma selama ini bisa ditekan.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- Cerita Stefano Lilipaly Diminta Bela Timnas Indonesia: Saya Tidak Bisa
- Ibrahim Sjarief Assegaf Suami Najwa Shihab Meninggal Dunia, Ini Profilnya
- Siapa Pembuat QRIS yang Hebohkan Dunia Keuangan Global
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah Rp30 Juta, Murah Tetap Berkelas
- 9 Rekomendasi Mobil Bekas Harga Rp 30 Jutaan, Mesin Bandel Dan Masih Banyak di Pasaran
Pilihan
-
Oh Nasibmu MU: Tak Pernah Kalah, Sekali Tumbang Justru di Laga Final
-
Tottenham Hotspur Juara Liga Europa, Akhiri 17 Tahun Puasa Gelar
-
5 Rekomendasi Skincare Wardah Terbaik, Bahan Alami Aman Dipakai Sehari-hari
-
Mau Masuk SMA Favorit di Sumsel? Ini 6 Jalur Pendaftaran SPMB 2025
-
Mobilnya Dikritik Karena Penuh Skandal, Xiaomi Malah Lapor Warganet ke Polisi
Terkini
-
Sosok Jusuf Manggabarani: Jenderal Berani Melawan Preman, Tolak Pangkat, dan Selamatkan TVRI
-
Tarif Impor AS Bikin Industri Terpuruk, Pengusaha: Kami Jadi Korban Eksperimen
-
Ini Syarat Baru Masuk SMAN Unggulan di Kota Makassar
-
5 Link Saldo Dana Kaget, Bisa Klaim Hingga Ratusan Ribu Rupiah
-
10 Langkah Pendirian Koperasi Merah Putih di Desa dan Kelurahan