Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 23 November 2020 | 15:21 WIB
Guru di Pulau Lanjukang mengajar anak-anak dengan fasilitas yang terbatas / [Foto: Istimewa]

SuaraSulsel.id - Minat belajar anak di Pulau Lanjukang, Kota Makassar sangat tinggi. Tapi terkendala sarana dan prasarana.

Pulau paling terluar di Kota Makassar ini berjarak 40 Km dari Kecamatan Ujung Tanah. Jaraknya bisa ditempuh 3 jam menggunakan kapal kayu dari Dermaga Kayu Bangkoa.

Disana, ada 13 anak yang masih berusia sekolah dasar menitipkan asanya. Berharap kelak, mereka bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Sama seperti siswa yang bersekolah di perkotaan pada umumnya.

"Ada alat tulis, perpustakaan buku, fasilitas komputer dan lainnya. Tapi bagaimana, di sini tidak ada listrik," ujar Ilham, salah seorang relawan pengajar, pekan lalu.

Baca Juga: Cara Satpol PP Makassar Bongkar Baliho HRS: Dilipat Rapi Lalu Antar ke FPI

Ilham memang baru sebulan menjadi pengajar di pulau cantik ini. Menggantikan guru dari komunitas pejuang pelosok yang sebelumnya mengajar di sana.

Ilham bukan penduduk Pulau Lanjukang. Sehingga harus pulang ke kota setiap akhir pekan.

Dulunya, kata Ilham, sekolah darurat itu tidak beroperasi setiap hari. Proses belajar mengajar hanya dilakukan dua atau tiga hari dalam sepekan.

Berkat bantuan pemerintah, renovasi sederhana dilakukan sejak bulan lalu. Minat anak-anak di sana untuk belajar sejak itu mulai meningkat.

"Jadi sebulan terakhir kita mulai belajar tiap hari. Yang dulunya tidak bisa baca hitung tulis, sekarang sudah bisa. Mereka makin semangat," kata Ilham.

Baca Juga: Kasatpol PP Makassar: Turunkan Baliho Rizieq Shihab Bukan Dengan Kebencian

Sekolah itu tak seberapa besar. Dindingnya juga tidak ada. Hanya atap dan alas saja yang ada. Dibanding lima tahun yang lalu, kata Ilham, setidaknya mulai ada perhatian pemerintah.

Load More