SuaraSulsel.id - Laporan penyelidikan Komnas HAM mengungkapkan adanya keterlibatan TNI dalam kematian pendeta Yeremia Zanambani di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan, kematian pendeta Yeremia Zanambani pada 19 September 2020, melibatkan anggota TNI.
Dalam laporan investigasi Komnas HAM, anggota TNI bernama Alpius Hasim Madi diduga merupakan pelaku penembakan terhadap pendeta Yeremia.
"Diduga bahwa pelaku adalah Alpius, Wakil Danramil Hitadipa, sebagaimana pengakuan langsung korban sebelum meninggal dunia kepada dua orang saksi, dan juga pengakuan saksi-saksi lainnya yang melihat Alpius berada di sekitar tempat kejadian perkara bersama tiga atau empat anggotanya," kata Choirul, Senin (2/11/2020).
Baca Juga: Takut Dirazia Nginap Bareng Pacar, Pria di Riau Pilih Lompat dari Kamar
Choirul mengatakan, sebelum terjadi penembakan terhadap pendeta Yeremia, TNI sempat mengumpulkan warga Distrik Hitadipa untuk mencari senjata api yang dirampas Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
Dalam pengumpulan massa tersebut, Yeremia beserta lima orang lainnya dicap sebagai musuh salah satu anggota Koramil di Distrik Hitadipa.
"Pendeta Yeremia Zanambani diduga sudah menjadi target atau dicari oleh terduga pelaku dan mengalami penyiksaan untuk memaksa pengakuan dari korban atas keberadaan senjata yang dirampas maupun keberadaan anggota TPNPB-OPM lainnya," ungkap Choirul.
Menurut laporan Komnas HAM itu, pendeta Yeremia sempat dipaksa berlutut sebelum kematiannya.
"Dibuktikan dengan jejak abu tungku yang terlihat pada lutut kanan korban. Kematian pendeta Yeremia dilakukan dengan serangkaian tindakan yang mengakibatkan hilangnya nyawa di luar proses hukum," ujar Choirul.
Baca Juga: Komnas HAM Sebut Nama Terduga Pembunuh Pendeta Yeremia, Kenapa TGPF Tidak?
Dalam laporan investigasi Komnas HAM itu diungkapkan, pendeta Yeremia meninggal karena kehabisan darah.
Hal ini dilihat dari luka pada tubuh pendeta Yeremia yang tidak pada bagian tubuh yang mematikan. Pendeta itu, menurut kesimpulan laporan, diperkirakan masih hidup lima sampai enam jam pasca ditemukan.
Sementara itu, menanggapi laporan investigasi Komnas HAM, Kepala Penerangan Komando Wilayah Gabungan Pertahanan (Kogabwilhan) III, Kolonel Czi I Gusti Nyoman Suriastawa mengatakan pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
"Sebaiknya kita tunggu hasil nyatanya. Kalau memang terbukti ada oknum aparat terlibat maka TNI akan menindak tegas oknum aparat tersebut sesuai hukum yang berlaku," katanya kepada VOA.
Berita Terkait
-
Amelia Nasdem Minta TNI Harus Fokus Pertahanan, Jangan Terlibat Penanganan Kasus Sipil
-
Helikopter TNI di Blora Mendarat Darurat di Persawahan, 10 Tentara Selamat
-
Blak-blakan! Legislator NasDem Usul Pemilu Digelar 10 Tahun Sekali Demi Balik Modal Nyaleg Rp 20 Miliar
-
Food Estate Merauke: TNI Bantah Intimidasi, Masyarakat Adat Merasa Terancam
-
Rapat Bareng Baleg, Komnas HAM Desak DPR Segera Sahkan RUU PPRT yang Lama Mandek
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Daftar Petinggi Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM), Viral Usai Video Razia RM Padang
- Penampilan Happy Asmara Saat Manggung Jadi Omongan Warganet: Semakin Hari Kelihatan Perutnya...
- Kecurigaan Diam-diam Paula Verhoeven sebelum Digugat Cerai Baim Wong: Kadang Chat Siapa Sih?
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
Pilihan
-
Kondisi Sepak Bola NTT, Dapil Anita Jacoba Gah yang Kritik Naturalisasi Timnas Indonesia
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Juta RAM 8 GB Terbaik November 2024
-
Ekonomi Kaltim Tumbuh Stabil 5,52 Persen YoY, Sektor Listrik dan Gas Melonjak 18,74 Persen
-
Trump Menang Pilpres AS, Beli Saham Ini Sejak 6 Bulan Lalu Bisa Cuan 191 Persen
-
Ini Kriteria UMKM yang Utangnya di Bank Bisa Dihapus