SuaraSulsel.id - Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Ibrahim Tompo memberikan penjelasan terkait penganiayaan dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) oleh polisi. Saat penanganan unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Kota Makassar.
Ibrahim mengatakan turut prihatin dengan insiden tersebut. Dan menjelaskan kronologi kejadian saat itu.
Menurut Ibrahim, situasi saat itu terjadi unjuk rasa yang berujung anarkis dan berlangsung hingga malam hari. Sehingga prosedur pengamanan oleh aparat Polri yang dilakukan adalah melakukan pembubaran massa.
Didahului dengan menghimbau melalui pengeras suara dengan jangkauan sekitar 2 Km. Tentunya saat kejadian, kata Ibrahim, himbauan cukup jelas terdengar masyarakat.
Baca Juga: Hendak Susupi Demo, Puluhan Pelajar di Solo Ditangkap
Karena pendemo tetap anarkis, polisi melakukan penyemprotan dengan kendaraan water canon. Dilanjutkan dengan penembakan gas air mata untuk mengurai massa.
Petugas juga tetap menghimbau kepada warga dan massa untuk membubarkan diri dan meninggalkan tempat. Kemudian akhirnya Dalmas mendorong dan menghalau massa.
“Ya seharusnya, dalam kondisi tersebut, bagi warga yang bijaksana tentu bisa menilai situasi yang sedang terjadi dan sudah pasti akan meninggalkan tempat itu," kata Ibrahim.
Setelah rangkaian prosedur tersebut dijalankan, lanjut Ibrahim, kemudian dilanjutkan dengan mekanisme mengamankan pelaku-pelaku aksi yang masih berada di lokasi. Karena dikhawatirkan akan kembali berbuat anarkis.
Selain itu, kata Ibrahim, dengan situasi dan kondisi yang rusuh, serta prosedur yang sudah dilaksanakan oleh aparat tersebut sudah tidak diindahkan, maka patut dan wajar jika keberadaan orang-orang yang masih berada di tempat tersebut, dicurigai sebagai pelaku kerusuhan.
Baca Juga: Dituding LBH Lakukan Kekerasan Pada Pendemo Omnibus Law, Ini Jawaban Polisi
"Karena secara terang- terangan mereka tidak mematuhi himbauan petugas melalui pengeras suara untuk membubarkan diri, dan bahkan melawan perintah aparat," kata Ibrahim dalam rilisnya, Selasa (13/10/2020).
Berita Terkait
-
Adu Kekayaan AKBP Arisandi vs AKBP Rise Sandiyantanti, Suami-Istri Sama-sama Jabat Kapolres!
-
Istri Pengacara Korban Pembunuhan Dapat Ancaman: Diam atau Kau Menyusul Suamimu
-
Terbongkar! Sindikat Uang Palsu di Sulsel Libatkan Pegawai Bank dan Petinggi Kampus UIN Alauddin
-
Bayar Rp25 Juta untuk Surat Sakit? Drama Tersangka Skincare Merkuri Mira Hayati di Makassar
-
Mira Hayati dan Dua Pengusaha Skincare di Makassar Ditetapkan Tersangka
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Rekrutmen Guru Sekolah Rakyat Sudah Dibuka? Simak Syarat dan Kualifikasinya
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
Pilihan
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB, Terbaik untuk April 2025
Terkini
-
Menteri Pertanian: Petani Kakao, Cengkeh, dan Kelapa Senang Kalau Krisis Ekonomi
-
Mau Sukses dan Jadi Orang Kaya? Menteri Pertanian: Hindari Kebiasaan Mengeluh
-
Haji Mabrur: Lebih dari Sekadar Ritual, Tapi Perjalanan Menyucikan Jiwa
-
Tidak Cukup Niat, Ini 3 Kemampuan Wajib Dimiliki Jemaah Haji
-
Insentif Guru Besar Unhas Naik Jadi Rp5 Juta