SuaraSulsel.id - Saat aksi Omnibus Law UU Cipta Kerja ramai ditolak melalui aksi demonstrasi, ternyata situs Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), yakni dpr.go.id ikut diretas hacker.
Tak tanggung-tanggung kepanjangan DPR yang selama ini diidentikan dengan lembaga wakil rakyat diubah menjadi 'Dewan Penghianat Rakyat'.
Video tersebut beredar di media sosial (medsos) Tiktok hingga membuat warganet bertanya-tanya.
"Ini siapa yang ngubah cuy?" tanya si pengguna TikTok saat mengunggah video itu pada Kamis (8/10/2020) dini hari.
Baca Juga: Usai UU Ciptaker Disahkan, DPR Kosong Melompong saat Didemo Rakyat
Situs dpr.go.id tersebut pun sempat terkendala akses. Dalam website tersebut hanya menunjukkan layar putih dengan pemberitahuan bahwa ada kesalahan saat mengakses website tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Sekjen DPR Indra Iskandar membenarkan upaya peretasan terhadap website resmi lembaga parlemen tersebut yang intensitasnya mulai meningkat pada Rabu (7/10/2020) malam.
Kekinian, DPR sudah bekerja sama dengan Telkom hingga Bareskrim Polri berupaya menghalau serangan untuk meretas website DPR.
"Tadi malam memang ininya sangat banyak sekali ya. Jadi upaya itu ada, upaya untuk melakukan hack ada. Indikasi itu (hack) ada. Itu sangat jelas," kata Indra di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Kamis (8/10/2020).
Sementara itu, Fariza Emra selaku pranata komputer di DPR mengatakan, serangan terhadap website resmi sudah terjadi sejak Senin (5/10/2020) saat DPR mengesahkan RUU Cipta Kerja menjadi undang-undang.
Baca Juga: Draf Final UU Cipta Kerja Belum Kelar, Said Didu: Betapa Jorok Kerja DPR
"Sebenarnya kalau mau jujurnya transparansinya hampir semua website kita diserang. Tapi yang paling tinggi itu website utama DPR yang www.dpr.go.id," katanya.
Fariza mengatakan ada upaya pengambilan informasi melalui peretasan website resmi DPR. Dampaknya, website DPR tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
"Jadi sedikit yang saya sampaikan imbas dari kejadian ini sistem ternyata website utama kita website DPR itu upaya-upaya untuk kalau istilah teknisnya mungkin kita sebut di-DOS. Jadi membanjiri traffic kita supaya website itu tidak bisa berfungsi."
Berita Terkait
-
Peringatan Pengguna Google Chrome: Waspada Penipuan Peretasan Berbahaya
-
FBI: Hacker Korea Utara Gasak Kripto Senilai Rp24 Triliun, Terbesar dalam Sejarah
-
Hindari Password Ini! Daftar Kata Sandi Paling Rentan Diretas
-
Akun Anonim Tantang Jaksa Agung, Website Kejagung Dibobol?
-
Hacker Bisa Retas Ponsel Anda dalam Hitungan Detik dengan Modus Ini
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
-
Red Sparks Bangkit Dramatis, Paksa Set Penentuan di Final Liga Voli Korea 2024/2025
-
RESMI Lawan Manchester United di Malaysia, ASEAN All-Stars Bakal Dilatih Shin Tae-yong?
Terkini
-
Berkat Pendanaan KUR dari BRI, Toko Kelontong Suryani Kini Hasilkan Rp500 Ribu per Hari
-
Petani Perkebunan Rakyat Sulsel Merana! NTP Anjlok Drastis 5,63 Persen di Maret 2025
-
Wali Kota Makassar Siap Hadapi Gugatan Kontraktor Lapangan Karebosi
-
Penampakan Kapal Pesiar Mewah Scenic Eclipse II Sandar di Pelabuhan Makassar
-
Preman Pelabuhan Makassar Ditangkap Polisi