SuaraSulsel.id - Kembong Daeng, Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Bahasa Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) mengatakan, dalam berkarya butuh keikhlasan. Demikia pesan Kembong di acara "Sastra Sabtu Sore”.
Sastra Sabtu Sore merupakan diskusi santai yang diadakan di Taman Baca Lontaraq Masjid Ashabul Jannah, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Sulawesi Selatan.
Diskusi diprakarsai oleh DPK Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Lembaga Pengembangan Kesenian dan Kebudayaan Sulawesi Selatan (LAPAKKSS), dan Komunitas Puisi (KoPi) Makassar.
Menunjukkan perlunya kepedulian untuk bisa secara konsisten menghasilkan karya-karya yang diabdikan bagi masyarakat.
Baca Juga: Bobol Warung Warga, 2 Pria di Tanjungbalai Ditangkap Polisi
Apalagi terhadap sastra daerah, yang kurang diminati. Bahkan cenderung terabaikan. Padahal UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan pada intinya menegaskan bahwa utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing.
"Mestinya, pembelajaran bahasa daerah itu dimasifkan dan diintenskan. Karena ada dasar hukumnya," kata Kembong Daeng, di hadapan peserta diskusi yang terdiri dari akademisi, penyair, seniman, dan pegiat literasi Sabtu (5/9/2020).
Dia kemudian merujuk pada Pergub Sulsel Nomor 79 Tahun 2018 tentang Pembinaan Bahasa Daerah di Sulawesi Selatan.
Sayang, Pergub ini kurang maksimal diimplementasikan. Karena itu, Kembong mengajak semua pihak berkomitmen memajukan bahasa daerah. Sebagaimana spirit regulasi yang ada, termasuk kebijakan membantu penerbitan dan pencetakan buku-buku bertema sastra daerah.
Kembong Daeng sudah menunjukkan totalitasnya sejak mulai menulis tahun 2004. Buku pertamanya tentang pembelajaran Basa Mangkasara, dan nanti akan terbit bukunya yang ke-50, yakni "Kelong Pannyaleori".
Baca Juga: Anita Kolopaking Tolak Perpanjang Masa Penahanan, Ini Alasannya
"Buku saya yang sedang dalam proses penerbitan adalah "Kelong Pannyaleori", terdiri dari 33 jilid, di mana setiap jilid terdiri dari 100 judul puisi. Kelong ini disusun dari ka-ha," jelasnya.
Berita Terkait
-
Mengulik Pacaran dalam Kacamata Sains dan Ilmu Budaya
-
Pameran Marka/Matriks Hadirkan 105 Karya Seni Cetak Grafis dari 30 Seniman
-
Anime Festival Asia Akan Hadir Kembali di Jakarta pada Juni Mendatang untuk Edisi 2025
-
Lupakan Rendang, Ini 7 Kuliner Khas Bengkulu yang Lebih Menggoda Lidah
-
Desainer Hebat Tak Cuma Inovatif, Tapi Juga Melekat pada Akar Budaya
Tag
Terpopuler
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Robby Abbas Pernah Jual Artis Terkenal Senilai Rp400 Juta, Inisial TB dan Tinggal di Bali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- Profil Ditho Sitompul Anak Hotma Sitompul: Pendidikan, Karier, dan Keluarga
- 7 Rekomendasi Sabun Pemutih Wajah, Harga Terjangkau Kulit Berkilau
Pilihan
-
Djenahro Nunumete Pemain Keturunan Indonesia Mirip Lionel Messi: Lincah Berkaki Kidal
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Layar AMOLED Terbaik April 2025
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V50 Lite 4G vs vivo V50 Lite 5G, Serupa Tapi Tak Sama!
-
PT LIB Wajib Tahu! Tangan Dingin Eks Barcelona Bangkitkan Liga Kamboja
-
Pembayaran Listrik Rumah dan Kantor Melonjak? Ini Daftar Tarif Listrik Terbaru Tahun 2025
Terkini
-
Lokasi Judi Sabung Ayam di Kabupaten Gowa Dibakar
-
Wakil Presiden yang Tegur Menteri Pertanian Amran Sulaiman: Jusuf Kalla atau Ma'ruf Amin
-
Wagub Sulsel Kagum! PT Vale Buktikan Tambang Bisa Jadi Penjaga Bumi
-
BRI Dukung Batik Tulis Lokal Lamongan Menjangkau Pasar Global
-
Puskesmas Toraja Utara Diduga Tolak Jemput Pasien Kritis, Ini Kata Dinas Kesehatan