SuaraSulsel.id - Bukan rahasia lagi jika Indonesia dikenal kaya akan suku bangsa dan bahasa. Salah satunya di provinsi Sulawesi Selatan.
Walau hanya punya empat suku, yaitu Bugis, Makassar, Toraja, Mandar, ternyata Sulsel punya puluhan jenis bahasa daerah.
Banyak yang mengira orang di Sulawesi Selatan hanya berkomunikasi pakai bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu, Makassar atau Bugis saja.
Tapi faktanya, Sulsel punya 14 bahasa sehari-hari dan terdiri dari puluhan dialek tergantung pengucapan, penulisan, tekanan, serta bentuk katanya.
Baca Juga: Bahasa Gaul Indonesia yang Sering Dipakai Warga Malaysia
Inilah bahasa daerah di Sulawesi Selatan yang dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI:
1. Bahasa Bugis
Bahasa Bugis merupakan bahasa yang bertanah asal di Sulawesi Selatan. Bahasa ini terdiri atas 27 tujuh dialek.
Dialek bahasa Bugis berbeda-beda setiap wilayah. Diantaranya dialek Bone, Pangkep, Makassar, Parepare, Wajo, Sidenreng Rappang, Soppeng, Sinjai, Pinrang, Malimpung, Dentong, Pattinjo, Kaluppang, Maiwa, Maroangin, Wani, Bugis Kayowa, Bugis Pomayagon, Bugis Bokat, Jambi, Kalimantan Selatan, Lampung, Sulawesi Tenggara, Bali, Sulawesi Tengah, Riau, dan Kalimantan Timur.
Bahasa Bugis banyak digunakan di luar Sulawesi Selatan, seperti di Kepulauan Seribu (Jakarta), Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bali, Lampung, Riau, dan NTB. Itu karena orang Bugis dikenal sebagai perantau.
Baca Juga: 5 Kabupaten Kota Terkaya di Sulsel, Apakah Daerahmu Masuk?
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bugis merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 85 persen sampai 91 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Selatan. Misalnya dibandingkan dengan bahasa Makassar.
2. Bahasa Bugis De
Bahasa Bugis De tidak sama dengan bahasa Bugis. Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat yang berada di wilayah Luwu Timur.
Bugis De terdiri atas empat dialek, yaitu dialek Padoe, dialek Manurung, dialek Karunsia dan dialek More. Pengelompokan dialek ini didasarkan pada hasil penghitungan dialektometri yang menunjukkan perbedaan dialek, walau tinggal di kabupaten yang sama.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bugis De merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sekitar 85 persen sampai 91 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Selatan. Misalnya dibandingkan dengan bahasa Bugis, bahasa Toraja, dan bahasa Wotu.
3. Bahasa Bajo
Bahasa Bajo dituturkan oleh masyarakat di Bajoe, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone.
Diketahui, masyarakat di Bajoe mendiami wilayah kawasan pesisir teluk Bone sejak ratusan tahun silam. Karena kebiasaan tinggal di laut, mereka tersebar ke sejumlah daerah hingga Malaysia dan Filipina dan menerapkan bahasa tersebut dalam percakapan mereka sehari-hari.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 85 persen sampai 91 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Selatan. Bahasa Bonerate misalnya.
4. Bahasa Bonerate
Bahasa Bonerate dituturkan oleh masyarakat Desa Bonerate, Kecamatan Pasimarannu, Kabupaten Kepulauan Selayar.
Menurut orang yang mendiami wilayah ini, bahasa mereka memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Buton di banding pulau tetangga yang ada di Selayar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bonerate merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 85 persen sampai 91 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Selatan. Misalnya dibandingkan dengan bahasa Laiyolo dan Makassar.
5. Bahasa Konjo
Bahasa Konjo dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Bira, Ara, Kecamatan Bonto Bahari dan Desa Possi Tanah, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba.
Dari data Kementerian Pendidikan, ada 25 bahasa di Indonesia yang berada di ambang kepunahan. Salah satunya dari Sulawesi Selatan yaitu bahasa Konjo.
Bahasa Konjo sendiri terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Bira, dialek Ara, dan dialek Kajang dengan persentase perbedaan antara dialek tersebut berkisar antara 61 persen sampai 67 persen
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Konjo merupakan sebuah bahasa dengan persentase antara 81 persen hingga 100 persen, jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Selatan. Seperti ketika dibandingkan dengan bahasa Makassar yang memiliki persentase perbedaan sebesar 88 persen.
6. Bahasa Makassar
Bahasa Makassar diucapkan oleh masyarakat yang bermukim di Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Maros, Pangkajene Kepulauan, Kepulauan Selayar, dan Kota Makassar.
Bahasa Makassar sendiri terdiri atas empat dialek yaitu Lakiung, Turatea, Makassar Konjo dan Selayar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Makassar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 82 persen sampai 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Seperti saat dibandingkan dengan bahasa Lemolang dan Laiyolo.
7. Bahasa Laiyolo
Bahasa ini digunakan di Desa Laiyolo, Kecamatan Bontosikuyu, Kabupaten Kepulauan Selayar. Menurut pengakuan penduduk, Desa Laiyolo berbatasan dengan laut di sebelah timur dan barat.
Adapun wilayah tutur bahasa Laiyolo berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Selayar di sebelah utara, wilayah tutur bahasa Bajo,dan Selayar di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Laiyolo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 85 persen sampai 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Selatan. Misalnya dibandingkan dengan bahasa Bajo, bahasa Bonerate, dan bahasa Makassar (dialek Selayar).
8. Bahasa Lemolang
Jenis bahasa Lemolang dituturkan oleh masyarakat di Desa Sassa Kecamatan Baebunta, Desa Sabbang, Kecamatan Sabbang, dan Desa Baebunta, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara.
Wilayah tutur bahasa Lemolang berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Toala atau bahasa Toraja dengan dialek Toala di sebelah timur, barat, dan selatan, serta wilayah tutur bahasa Rampi di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lemolang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 82 persen hingga 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Selatan. Misalnya, bahasa Lemolang dibandingkan dengan bahasa Toraja memiliki persentase perbedaan sebesar 82 persen.
9. Bahasa Mandar
Bahasa Mandar banyak dituturkan di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang. Dialek Mandar disebut tersebar ke daerah lain seperti Jawa Timur, Lombok, Kalimantan Selatan dan Timur serta Sulawesi Tengah.
Komunikasi menggunakan bahasa Mandar dengan orang luar disebut sudah lama berlangsung. Ada anggapan bahwa daerah itu Pinrang dan sekitarnya pernah disinggahi oleh orang Mulawarman dan Kerajaan Passokkorang pada abad XV dan didirikan oleh kaum pendatang dari Palembang.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mandar merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81 persen sampai 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Selatan. Misalnya dibandingkan dengan bahasa Bugis.
10. Bahasa Massenrengpulu
Tutur bahasa Massenrengpulu ini berada di Desa Banti dan Desa Salukanan, Kecamatan Baraka, Desa Mata Allo dan Desa Bungin, Kecamatan Bungin, Desa Ranga, Kecamatan Enrekang, Desa Taulan, Kecamatan Cendana, serta Desa Tunjung, Desa Kaluppang, Desa Patondon Salu, dan Desa Matajang, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang.
Bahasa Massenrengpulu memiliki lima dialek, yaitu dialek Endekan, dialek Maroangin, dialek Bungin, dialek Duri dan dialek Maiwa dengan persentase perbedaan dialek berkisar antara 51 persen hingga 66,6 persen.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Massenrengpulu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81 persen sampai 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Selatan. Misalnya dibandingkan dengan bahasa Bugis dan bahasa Makassar.
11. Bahasa Rampi
Bahasa Rampi dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Baebunta, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara. Menurut pengakuan penduduk wilayah tutur bahasa Rampi di Desa Baebunta berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Tae di sebelah timur desa tersebut.
Kemudian, wilayah tutur bahasa Toala di sebelah barat dan selatan, serta wilayah tutur bahasa Lemolang di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Rampi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81 persen sampai 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Selatan.
Misalnya, dengan bahasa Tae memiliki persentase perbedaan sebesar 92,5 persen, dengan bahasa Toala memiliki persentase perbedaan sebesar 86,5 persen dan dengan bahasa Lemolang memiliki persentase perbedaan sebesar 81,5 persen.
12. Bahasa Seko
Bahasa Seko dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Seko Padang, Kecamatan Limbong, Kabupaten Luwu Utara. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Seko di Desa Seko Padang berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Rampi di sebelah timur desa tersebut.
Lalu, wilayah tutur bahasa Toraja di sebelah barat dan Selatan, dan dengan wilayah tutur bahasa Kaili (Sulawesi Tengah) di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Seko merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81 persen hingga 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Selatan, seperti dengan bahasa Wotu memiliki persentase perbedaan sebesar 88 persen dengan bahasa Bugis De memiliki persentase perbedaan sebesar 91 persen dan dengan bahasa Rampi memiliki persentase perbedaan sebesar 90 persen.
13. Bahasa Toraja
Bahasa Toraja dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Kota Makassar, Tana Toraja, Toraja Utara, Luwu Utara, dan Luwu Provinsi Sulawesi Selatan. Bahasa Toraja terdiri atas sebelas dialek.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Toraja merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81 persen hingga 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Selatan, seperti dengan bahasa Bugis De.
14. Bahasa Wotu
Bahasa Wotu dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Bawalipu, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur.
Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Wotu di Desa Bawalipu berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bugis di sebelah timur dan barat, kemudian bahasa Pamona (sulawesi Tengah) di sebelah utara, dan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Wotu di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wotu mempunyai persentase perbedaan sekitar 88 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Semisal dengan bahasa Bugis dan bahasa Pamona.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Berita Terkait
-
Rayakan Ultah Chava di Sekolah, Rachel Vennya dan Okin Tahan Tawa saat Diminta Beri Ucapan Pakai Bahasa Inggris
-
Unik! Contoh Ucapan Hari Guru Bahasa Inggris untuk Caption & Story Instagram
-
Rudy Susmanto Bakal Buat Rambu-Rambu Jalan dengan Bahasa Sunda Jika Terpilih Jadi Bupati Bogor
-
Ini Arti Tae Bahasa Korea, Kok Bikin Farhat Abbas Tersinggung?
-
Strategi Bijak Sebelum Mengejar Impian Beasiswa Ke Luar Negeri
Terpopuler
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Momen Suporter Arab Saudi Heran Lihat Fans Timnas Indonesia Salat di SUGBK
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Kekayaan AM Hendropriyono Mertua Andika Perkasa, Hartanya Diwariskan ke Menantu
Pilihan
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
-
Kenapa KoinWorks Bisa Berikan Pinjaman Kepada Satu Orang dengan 279 KTP Palsu?
-
Tol Akses IKN Difungsionalkan Mei 2025, Belum Dikenakan Tarif
-
PHK Meledak, Klaim BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp 289 Miliar
Terkini
-
Sosok Kasatreskrim AKP Ryanto Ulil Anshar Yang Ditembak Mati Rekannya Sendiri
-
Dikenal Religius, Oknum Dosen Unhas Lecehkan Mahasiswi Saat Bimbingan Skripsi
-
Memanas! Dua Mantan Wali Kota Parepare Saling "Buka Aib" di Rapat Komisi II DPR RI
-
Bye-bye Stadion Mattoanging, Welcome Stadion Sudiang 2025!
-
Polri Tegaskan Netralitas di Pilkada 2024, Ancam Tindak Tegas Anggota yang Berpolitik Praktis