Menurut Franki, satu kebudayaan Indonesia sama dengan satu Benua Afrika, karena keragamannya. Sehingga Indonesia harusnya menjadi subjek, bukan objek dari hegemoni Budaya Barat maupun Budaya Korea seperti sekarang.
"Kita harus melihat kekuatan budaya kita agar menjadi kebudayaan global. Kita harus memberikan narasi, dengan narasi itu kita menjadi subyek, sehingga kita menjadi aktor, bukan hanya sekedar dipuji-puji orang luar," katanya.
PhD di bidang Etnomusikologi University of Wisconsin-Madison Amerika Serikat ini berpendapat, Indonesia layak disebut sebagai negara etnografis, karena kaya akan keragaman budayanya.
"Karena itu, kalau kita membuat strategi kampanye, jangan mengabaikan etnografi, tidak akan menang. Karena Partai Gelora ini kuat narasinya, bukan sekedar jual janji-janji, dengan gunakan konsep etnografi saya yakin menang," katanya.
Sebab, setiap etnik di Indonesia memiliki keunikan tersendiri sebagai kazanah budaya bangsa. Jika emosi setiap etnik tersebut, bisa disatukan maka partai itu akan menjadi partai pilihan mereka.
"Etnografi ini tidak pernah disentuh partai politik, tidak juga pemerintah. Makanya sangat aneh yang disentuh malah agama, sehingga timbul konflik seperti sekarang. Kalau etnografi yang disentuh tidak ada konflik. Mereka punya keunikan tersendiri, dan emosinya apabila bisa dimainkan, mereka menggaggap partai ini milik kita. Manifestasi dari etnografi itu, salah satunya bisa disatukan melalui musik" katanya.
Komedian Nasional Jarwo Kwat berharap agar pemerintah totalitas dalam mengembangkan kebudayaan, karena kebudayaan yang menentukan maju tidaknya suatu bangsa atau negara.
"Kenapa Korea bisa maju seperti sekarang, karena pemerintahnya totalitas mendukung agar budaya Korea maju dan mendunia. Para pejabatnya semua turun tangan, dan tentunya didukung oleh anggaran," kata Jarwo.
Namun selama ini, kata Jarwo, pemerintah kurang memberikan dukungan kepada pengembangan kebudayaan, sehingga kreasi seni tidak bisa berkembang, karena minimnya pendanaan anggaran. Padahal seni dan budaya bisa memberikan sesuatu yang luar biasa bagi bangsa Indonesia.
Baca Juga: Fahri Hamzah Ditangkap Polisi Gegara Hina Anies Baswedan, Benarkah?
"Totalitas dukungan dari pemerintah harus ada, tidak sekedar kemauan pejabat publik saja, tapi juga anggarannya, pendanaan juga harus total. Kita harus bekerja keras, dan ini tugas kita bersama, bagaimana kreasi-kreasi seni kita itu bisa bangkit ke depannya dan bisa menjadi peradaban bangsa," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Rp100 Ribu per Tabung! Untung Besar Pengoplos Gas Subsidi di Gowa
-
Cek Fakta: Viral Beras SPHP Meledak Saat Dimasak, Benarkah Plastik?
-
'Saat Pandemi Kami Hampir Mati, Sekarang Dimatikan Birokrasi': 8 Tuntutan Nakes Sulsel
-
Siapa Layak Pimpin Unhas? UGM Uji Kemampuan 6 Bakal Calon Rektor
-
Aplikasi Ini Bikin Warga Sulsel Lebih Mudah Akses Produk Hukum?