SuaraSulsel.id - Dinas Perikanan Kota Ambon, Maluku, mendata jumlah nelayan pengguna kapal jaring jenis purse seine. Mereka kini kesulitan berlayar. Karena terdampak kebijakan pembatasan pembelian minyak tanah di Ibu Kota Provinsi Maluku itu.
Penyuluh Perikanan Ahli Pertama Dinas Perikanan Kota Ambon Apidatul Hasanah mengatakan, hingga kini baik pemerintah daerah maupun Pertamina baru mengetahui bahwa nelayan kapal jaring mengandalkan minyak tanah untuk bahan bakar melaut. Padahal, sejak Agustus 2022, Pemkot Ambon menerapkan pembatasan pembelian minyak tanah maksimal 10 liter per keluarga guna mengatasi kelangkaan bahan bakar itu.
Disebutkan, pangkalan minyak tanah dilarang menyalurkan minyak tanah kepada pelaku usaha dalam bentuk dan jenis apapun, dan hanya boleh menjual untuk keperluan rumah tangga seperti memasak. Apabila pangkalan ada yang melanggar, maka akan dikenakan sanksi pencabutan izin.
"Padahal minyak tanah itu sangat diperlukan oleh para nelayan. Jadi setiap mereka menuju daerah penangkapan yang jaraknya kurang lebih 20 mil laut diperlukan minyak tanah sekitar 140 hingga 150 liter per kapal," kata Apidatul saat ditemui Antara di lokasi pendaratan ikan di Dusun Eri, Desa Nusaniwe, Ambon, Senin 10 Oktober 2022.
Baca Juga: Keindahan Objek Wisata Pantai Lempuyang di Situbondo
Menurut dia, Dinas Perikanan Kota Ambon masih dalam mendata keperluan BBM untuk nelayan, yang sekarang dalam proses validasi data untuk memastikan identitas nelayan dan status kepemilikan untuk mengetahui dengan pasti keperluan BBM baik itu minyak tanah maupun pertalite.
"Jadi sekarang masih dalam kegiatan validasi dan tindak lanjut pemerintah bagaimana karena kalau mereka para nelayan tidak melaut, maka ikan juga tidak masuk pasar Ambon," ujar Apidatul.
Ia menjelaskan, hasil pendataan di Kecamatan Nusaniwe menunjukkan bahwa kapal penangkap ikan jenis purse seine (kapal jaring) yang oleh nelayan disebut Bodi maupun perahu Tonda, menggunakan kapal ukuran 7GT dengan mesin kekuatan 40 PK yang berbahan bakar minyak tanah.
Mereka juga menggunakan Pertalite tapi dalam jumlah kecil untuk memancing pengapian saat awal menyalakan mesin. Untuk Kecamatan Nusaniwe, lanjutnya, jumlah kapal (bodi) ada 35 unit yang tersebar di Negeri Amahusu, Eri, Silale, Latuhalat, dan Dusun Seri.
"Karena sudah dua bulan susah untuk mendapatkan minyak tanah, maka kapal-kapal purse seine itu yang biasanya 12 hingga 13 kapal yang mendarat di lokasi pelelangan ikan di kawasan ini, sekarang hanya lima sampai enam bodi saja," ujarnya.
Pieter Tehupuring, nelayan asal Desa Silale, mengatakan sejak dua bulan terakhir tidak bisa lagi melaut setiap hari karena kesulitan membeli minyak tanah untuk bahan bakar dua bodi purse seine miliknya. Ia harus berkeliling beberapa hari untuk membeli minyak tanah ke pangkalan untuk memenuhi kebutuhan sekali melaut sebanyak 140 liter.
Harga minyak tanah mencapai Rp3.500 per liter sehingga biaya sekali melaut mencapai sekitar Rp150.000. Ia mengatakan tidak sanggup untuk beralih ke bahan bakar Pertalite untuk kapalnya karena biaya melaut bisa membengkak jadi Rp1.820.000 karena nelayan untuk membeli Pertalite hingga 140 liter juga harus lewat pengecer dengan harga Rp13.000 per liter.
"Sekarang ini dalam seminggu hanya bisa dua kali melaut. Kami sangat berharap ada kepedulian dari Pemerintah Kota Ambon maupun provinsi untuk melihat hal ini karena ikan yang masuk ke pasar Ambon sebagian besar hasil tangkapan dengan kapal purse seine," ujarnya.
Menurut dia, pada pekan lalu nelayan daerah Kecamatan Nusaniwe sudah melakukan pertemuan dengan petugas penyuluh perikanan dari Kota Ambon guna membicarakan masalah tersebut dan berharap ada perhatian khusus untuk mencari solusinya. (Antara)
Berita Terkait
-
Jeritan Nelayan Bekasi: Akses Melaut Diblokade Pagar Laut, Pembongkaran saat Itu Hanya Seremonial
-
Denny Landzaat Pulang Kampung ke Ambon: Diarak Warga hingga Pidato Bahasa Indonesia
-
Sebut Proyek Perusak Alam Tetap Berlanjut, Warga Pulau Pari: Penyegelan Cuma Gimik!
-
Joey Pelupessy Keturunan Mana? Gelandang Eropa Resmi Dinaturalisasi dan Siap Bela Timnas
-
Dibandingkan karena Bika Ambon! Adu Pendidikan Tasyi Athasyia Vs Nicky Tirta
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
Kronologi Anggota Ormas Intimidasi dan Lakukan Pemerasan Pabrik di Langkat
-
Jantung Logistik RI Kacau Balau Gara-gara Pelindo
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
Terkini
-
Puskesmas Toraja Utara Diduga Tolak Jemput Pasien Kritis, Ini Kata Dinas Kesehatan
-
BRImo Versi Billingual Resmi Rilis, Simak Fitur Barunya Di Sini
-
Didukung BRI, Usaha Lokal Perhiasan Batu Alam Sukses Jangkau Pasar Internasional
-
Bertengkar dengan Istri, Pria Ini Cari Ketenangan di Jalan Tol Makassar
-
Gurita Bantaeng Mendunia: Ekspor Perdana Rp2,3 Miliar ke Amerika Latin