Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 13 Juli 2022 | 10:36 WIB
Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Kementerian Keuangan Dian Lestari memberi pernyataan kepada media saat sesi jumpa pers di BNDCC, Badung, Bali, Selasa (12/7/2022) [SuaraSulsel.id/ANTARA]

“Di FMCBG, para menteri akan membahas tujuh agenda. Pertama, mengenai ekonomi global dan risiko-risikonya, selalu dimulai dari itu, karena kami (ingin) memastikan persepsi G20 terhadap risiko ekonomi global sehingga itu mendasari agenda yang dipilih, kebijakan, dan inisiatif yang ditempuh untuk mengatasi (persoalan),” kata dia.

Di sesi yang membahas risiko perekonomian dunia itu, beberapa isu menjadi sorotan, di antaranya krisis akibat pandemi COVID-19 dan agresi Rusia di Ukraina, kemudian dampak perang terhadap pangan, energi, dan sektor keuangan.

Dalam sesi pertama itu, para menteri juga akan membahas strategi normalisasi kebijakan di tengah krisis, dan lanjut berdiskusi mengenai kebijakan yang perlu ditempuh untuk mengatasi berbagai tantangan dan mengantisipasi risiko yang ada.

Namun sebelum pertemuan tingkat menteri berlangsung, para deputi akan membahas masalah itu secara teknis dan mendetail lebih dulu pada pertemuan ke-3 FCBD.

Baca Juga: Wajah Baru Taman Mini Indonesia Indah Segera Bisa Dinikmati

“Para deputi (di FCBD) bertemu untuk menyiapkan (rancangan) outcome (hasil, red.) atau hal-hal yang akan disepakati di level menteri. Jadi kurang lebih itu dibahas secara teknis dan detail di level deputi. Di level menteri, kami akan menerima arahan-arahan yang sifatnya lebih strategis dan akhirnya berujung pada hasil pertemuan yang merupakan komitmen G20 atas berbagai inisiatif, tujuannya mengatasi persoalan global yang kita hadapi,” kata Dian Lestari.

Tidak hanya memetakan risiko perekonomian global, para menteri, gubernur bank sentral, dan deputi G20 juga membahas isu kesehatan, arsitektur keuangan internasional, isu-isu keuangan, keuangan yang berkelanjutan, infrastruktur, dan perpajakan. (Antara)

Load More