Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 12 Mei 2022 | 16:27 WIB
Ilustrasi bayi menangis (istockphoto.com)

SuaraSulsel.id - Seorang bayi baru lahir di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, tangan dan lehernya penuh jahitan. Kondisi bayi bikin keluarga terguncang. Saat melihat.

Bayi itu dinyatakan meninggal dunia di RSUD Sultan Daeng Raja Bulukumba, pekan lalu. Keluarga mengungkapkan kejanggalan yang dialami bayi itu saat dilahirkan.

Beberapa bagian tubuhnya penuh dengan jahitan. Terlihat seperti habis dioperasi.

Orang tua bayi, Hasbi mengatakan, istrinya dirujuk ke RSUD Daeng Raja dari Puskesmas Bontobangun pada Sabtu, 7 Mei 2022 lalu.

Baca Juga: Gara-Gara Syuting Pulang Malam, Kiki Farrel Tak Saksikan Detik-Detik Kepergian Ibunya

Pegawai di Puskesmas menyampaikan bahwa mereka sudah berkoordinasi dengan pihak rumah sakit.

Sampai di rumah sakit, ia mengaku kecewa sebab ternyata tidak ada dokter. Dokter sedang libur dan baru masuk pada 9 Mei 2022.

"Istri saya lambat ditangani karena tidak ada dokter. Nanti masuk hari Senin malam," ujarnya, Kamis, 12 Mei 2022.

Saat diperiksa pada hari Senin, dokter mengatakan bayi dalam kandungan sudah dalam keadaan meninggal. Tapi bayinya harus dikeluarkan.

Pihak keluarga meminta agar dilakukan saja operasi. Namun dokter mengatakan istrinya bisa melahirkan secara normal.

Baca Juga: So Sweet, Bocah Lelaki Ini Pergi ke Toko Jilbab Sendirian untuk Belikan Kado Sang Ibu

Penjelasan Dokter

Dokter mengeluarkan bayinya secara normal dalam kondisi meninggal dunia. Namun, kondisi bayi bikin keluarga terpukul alias syok.

"Leher dan lengannya banyak jahitan. Kayak terlilit di leher. Kondisinya kayak putus tapi dijahit untuk satukan kembali," ungkapnya.

Dokter yang melakukan penangangan kepada pasien, dr Asniar Siri mengatakan, pasien dirujuk dari Puskesmas Bontobangun. Bukan untuk tindakan persalinan. Karena indikasinya tidak ada. Karena usia kandungan baru 36 minggu.

Jadwal persalinan ibu bayi juga diperkirakan bulan depan. Ia dirujuk ke rumah sakit bukan untuk bersalin.

"Tidak ada tanda-tanda emergensi saat masuk IGD. Maka dilakukan observasi tanda-tanda vital melalui perawatan di kamar bersalin," ungkapnya, Kamis, 12 Mei 2022.

Kata Asniar, dokter jaga juga siaga 24 jam di IGD. Walaupun memang tak ada dokter spesialis saat kejadian.

Dalam perkembangannya, lanjut Asniar, kondisi bayi mengalami kasus Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR) setelah dipastikan melalui USG pada malam Senin. Adapun jahitan di leher dan lengan pasca dikeluarkan demi untuk melihat jasad bayi lebih utuh secara manusiawi.

Kata Asniar, penanganan sudah sesuai prosedur. Termasuk ketika diputuskan mengeluarkan bayi melalui kelahiran normal setelah bayi sudah divonis meninggal dalam rahim.

"Untuk menyelamatkan ibu bayi dilakukan persalinan normal karena lebih beresiko jika melalui tindakan operasi sesar. Bisa terjadi infeksi dari hasil operasi," ujarnya.

Jadi dokter melakukan persalinan itu setelah bayi meninggal dalam kandungan. Bukan meninggal saat proses persalinan.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More