Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 02 April 2022 | 16:45 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Pasar Pa'baeng-baeng, Sabtu (2/4/2022). [Foto : Suara.com/Lorensia Clara Tambing]

SuaraSulsel.id - Harga daging impor di Kota Makassar meningkat drastis. Hal tersebut membuat Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kaget.

Syahrul sempat memantau ketersediaan pangan di pasar tradisional di Kota Makassar, Sabtu, 2 April 2022. Ia mendapat keluhan dari pedagang soal mahalnya harga daging impor.

Salah satu pedagang daging sapi di Pasar Pa'baeng-baeng, Asrul mengatakan harga daging impor melonjak drastis sepekan terakhir. Pihaknya membeli daging seharga Rp105 ribu sekilo dari pedagang.

Padahal harga sebelumnya, kata Asrul hanya sekitar Rp85 ribu hingga Rp90 ribu saja. Namun jelang ramadhan, distributor menaikkan harga.

"Kami menjualnya Rp115 ribu per kilogram. Naik sekali sepekan terakhir. Karena naik, permintaan jadi menurun drastis," ujarnya.

Hal tersebut lantas membuat Syahrul langsung menghubungi supplier daging impor, Indoguna. Ia meminta agar perusahaan itu mengontrol harga daging impor kembali normal di bulan ramadhan

"Tolong ya, kau bisa kasih turun itu harganya? Tolong kontrol dulu itu harga daging. Kasihan pedagang," ujar Syahrul lewat percakapan telepon.

Syahrul mengaku heran sebab harga daging lokal lebih murah dari impor. Daging lokal sendiri dijual Rp100 ribu per kilo.

Mantan Gubernur Sulsel itu mengatakan kenaikan harga daging sapi impor di Sulsel, salah satunya disebabkan oleh kebakaran hutan di Australia.

Selama ini, daging impor di Sulsel kebanyakan dari Australia. Sementara baru-baru terjadi kebakaran hutan di Australia.

"Lahan rumput sapinya terganggu, produksi sapinya menurun cukup besar. Karena itu harga daging sapi di luar juga tinggi," jelasnya.

Sehari sebelum ramadhan, harga kenaikan pangan di Kota Makassar cukup drastis. Seperti cabai, bawang, bahkan ayam.

Komoditas yang aman hanya telur sebesar Rp38 ribu per rak. Namun Menteri Pertanian menjamin stok tetap aman.

Harga ayam naik dari Rp65 ribu per ekor menjadi Rp75 ribu. Sementara cabai rawit dari harga Rp32 ribu per kilogram, naik menjadi Rp50 ribu.

Begitupula dengan minyak goreng di pasaran. Distribusinya di sebut tidak lancar.

Syahrul mengaku sudah berkoordinasi dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan soal ini. Pasalnya, stok minyak goreng yang disalurkan pemerintah pusat lebih besar dibanding kebutuhan warga Sulsel.

"Kita ada stok minyak goreng 17.419 ribu liter. Kebutuhan hanya 9.908 liter tapi pedagang mengeluh," ujarnya.

Menurut pengakuan pedagang, minyak langka karena ada pembatasan distributor. Padahal sebenarnya stok ada.

"Di agen ada, di pengecer ada. Tapi yang ditaruh di depan dagangan itu hanya sedikit. Jadi terkesan sedikit. Padahal menurut dia (pedagang) ada walaupun suplainya tidak maksimal," tandasnya.

Menurut Syahrul, ketersediaan dan harga kebutuhan pokok komoditas pertanian saat ini terpantau tersedia dan masih stabil.

"Tentu saja ramadan biasanya dinamika harga ada, tetapi ketersediaan yang paling penting. Saya udah cek dan kenyataannya semua komoditi ketersediaannya cukup," kata Syahrul.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More