SuaraSulsel.id - Kelangkaan solar di sejumlah wilayah membuat resah masyarakat. Pegawai SPBU bahkan jadi bulan-bulanan warga.
Seperti yang terjadi di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Seorang pegawai di SPBU Empagae, RM (29) sampai dianiaya oleh pembeli.
Penyebabnya karena pembatasan pembelian solar. Pelaku BD (50) dan RN (26) ingin membeli solar melebihi ketentuan.
"Pelaku kesal karena korban tidak mau kasih solar lebih," ujar Kapolres Wajo, AKBP Muhammad Islam, Kamis, 17 Maret 2022.
Islam menjelaskan para pengendara hanya dijatah solar 40 liter sekali isi. Sementara pelaku ingin lebih dari itu.
Karena korban terus menolak, mereka sempat bersitegang. Pelaku emosi karena korban ngotot tidak memberikan solar dengan jumlah lebih.
Pelaku RN kemudian langsung meninju wajah korban. Akibatnya, korban mengalami pembengkakan di wajah.
"Pelaku langsung memukul korban. Awalnya pelaku RN yang memukul lalu dibantu dengan BD," jelasnya.
Islam mengaku pihaknya mengamankan RN terlebih dahulu pada pekan lalu. Namun saat dilakukan penyelidikan lebih lanjut, BD juga terbukti memukul korban.
Baca Juga: Kasus Perkawinan Anak Kabupaten Wajo Paling Tinggi di Sulawesi Selatan
Akhirnya BD juga diamankan oleh pihak kepolisian, Selasa kemarin. Kedua pelaku ternyata ayah dan anak itu saat ini ditahan di Mapolres Wajo.
Akibat perbuatannya, kedua pelaku disangkakan pasal 351 dan pasal 170 KUHP dengan ancaman penjara 4 tahun.
Seperti diketahui, kelangkaan solar terjadi di Sulawesi Selatan sudah lebih sepekan. Pengendara bahkan mengaku rela bermalam di SPBU.
Bagaimana tidak. Para pengendara bus dan truk yang menggunakan jenis BBM ini harus rela mengantre hingga 5 jam setiap hari.
Apalagi tidak semua SPBU menyediakan jenis BBM subsidi ini. Hal tersebut juga menimbulkan kemacetan panjang karena antrean kendaraan yang mengular.
Senior Supervisor Communication dan Relation PT Pertamina Region Sulawesi, Taufiq Kurniawan mengatakan ada pembatasan untuk mendapatkan solar bersubsidi. Untuk Sulsel, memang ada pengurangan dari tahun sebelumnya sekitar 7 persen.
Kata Taufiq, antrean kendaraan yang terjadi di SPBU karena meningkatnya jumlah kendaraan serta subsidi solar diatur oleh kuota. Artinya, harus dilakukan pembatasan agar BBM bersubsidi yang disalurkan sesuai dengan kouta yang diatur pemerintah.
"Kouta ini mengalami penurunan tiap tahun. Penurunannya dari tahun ini ke tahun sebelumnya sekitar tujuh persen. Ketika ada penurunan, kita dihadapkan dengan volume kendaraan yang semakin bertumpuk, maka dilakukan pembatasan," katanya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
-
Ngeri Tapi Nagih! Ini Lho Alasan Psikologis Kenapa Kita Doyan Banget Nonton Film Horor
-
Daftar 46 Taipan yang Disebut Borong Patriot Bond Danantara, Mulai Salim, Boy Thohir hingga Aguan
-
Pilih Gabung Klub Antah Berantah, Persis Solo Kena Tipu Eks Gelandang Persib?
Terkini
-
Pemkot Makassar Damaikan Dua Kelompok yang Sering Tawuran
-
Begini Gambar Stadion Rp675 Miliar di Sudiang
-
Dapur Makan Bergizi Gratis Di Makassar Tutup, Sediakan 3.500 Porsi Setiap Hari
-
Jangan Sampai Punah! Cara Asyik Lestarikan Hiu Paus Saat Liburan di Gorontalo
-
PSM Makassar Kelelahan! Tavares Cari Solusi di Jeda Internasional