SuaraSulsel.id - Majelis Ulama Indonesia atau MUI Sulawesi Selatan mendorong para mubalig terus berbenah. Termasuk dengan berdakwah melalui media sosial. Guna menjangkau kaum milenial.
Anggota Komisi Kominfo Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulsel Asnawin Aminuddin mengatakan, survei menyebutkan pengguna internet di Indonesia pada tahun 2020 berjumlah 175,4 juta orang dari total 272,1 juta jiwa penduduk Indonesia.
Dari 175,4 juta orang pengguna internet tersebut, sebanyak 160 juta orang diantaranya merupakan pengguna media sosial aktif.
“Maka mau tidak mau, para pemuka agama, da’i, mubalig masuk ke dunia maya. Terutama di media sosial,” katanya pada seminar Digitalisasi Dakwah di Universitas Muhammadiyah Bulukumba.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan Minggu 9 Januari 2022
Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Muhammadiyah Sulsel itu menjelaskan, jumlah umat Islam yang rajin ke masjid memang sedikit, dan yang sedikit itu pun kebanyakan orang dewasa yang berumur empat puluh tahun ke atas.
Mereka itulah yang rajin mendengarkan ceramah agama, sedangkan sebagian besar lainnya, terutama kaum remaja dan ibu-ibu, justru jarang mendengarkan ceramah di masjid.
"Inilah yang harus disasar untuk didakwahi melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp (WA) grup, serta YouTube,” kata Asnawin.
Format konten dakwah bisa berupa video, infografis, gambar, maupun suara. Sedangkan jenis konten media sosial antara lain interaksi atau interaktif, edukasi atau pendidikan, hiburan, motivasi, dan profil orang-orang ternama dalam dunia Islam.
Para muballigh, kata dia, juga sebaiknya paham tentang manajemen isu.
Baca Juga: Lihat Benda Bergerak di Pipa RS, Wanita Ini Heran, Ternyata Ini Faktanya
"Jika ada momen tertentu berupa informasi yang sedang viral di dunia maya, maka para mubalig sebaiknya menunggangi isu tersebut dengan cara membelokkan atau meluruskan isunya sesuai tuntunan agama,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berdakwah di media sosial, antara lain konten harus bermanfaat dan menunjukkan Islam yang damai, konten harus berisi sesuatu yang menarik.
“Dakwah juga sebaiknya menyesuaikan dengan tren atau hal-hal terbaru yang digandrungi masyarakat dan sedang jadi pembicaraan, serta dilakukan dengan responsif atau memancing umpan balik dari masyarakat,” kata Asnawin. (Antara)
Berita Terkait
-
Scroll Tanpa Tujuan: Apakah Kita Sedang Menjadi Generasi Tanpa Fokus?
-
Mengenal Kopino, Anak-anak dari Ibu Filipina Korban Pria Korea Selatan
-
Fenomena Brain Rot: Pembusukan Otak karena Sering Konsumsi Konten Receh
-
Bukan TikTok-Instagram! Ini Media Sosial Paling Disukai Orang Indonesia Tahun 2025
-
Kehidupan Anak yang 'Dijual' Online: Tren Parenting atau Eksploitasi Terselubung?
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
-
Harga Emas Terbang Tinggi Hingga Pecah Rekor, Jadi Rp1.889.000
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
Terkini
-
Menteri Pertanian: Petani Kakao, Cengkeh, dan Kelapa Senang Kalau Krisis Ekonomi
-
Mau Sukses dan Jadi Orang Kaya? Menteri Pertanian: Hindari Kebiasaan Mengeluh
-
Haji Mabrur: Lebih dari Sekadar Ritual, Tapi Perjalanan Menyucikan Jiwa
-
Tidak Cukup Niat, Ini 3 Kemampuan Wajib Dimiliki Jemaah Haji
-
Insentif Guru Besar Unhas Naik Jadi Rp5 Juta