SuaraSulsel.id - Kabid Penaiszawa Kanwil Kementerian Agama Sulsel Kaswad Sartono mengatakan, penyuluh agama Islam banyak melakukan kegiatan pembinaan umat. Namun banyak yang tidak mengetahui apa dan siapa itu penyuluh agama Islam.
Mengutip Kementerian Agama, penyebabnya, kata Kaswad, banyak penyuluh agama yang tidak menyebutkan atau memperkenalkan dirinya sebagai seorang penyuluh.
"Sebaiknya penyuluh memperkenalkan identitasnya. Agar masyarakat tahu bahwa, berbagai sendi kehidupan, terutama dalam pembinaan keagamaan, telah banyak dilakukan, atau melibatkan penyuluh," ungkap Kaswad saat membuka Pemilihan Penyuluh Teladan Tingkat Provinsi Sulsel di Sultan Alauddin Hotel, Makassar, Jumat 1 Oktober 2021.
Menurut Kaswad, eksistensi penyuluh, baik PNS, maupun non PNS, telah banyak memberi arti di masyarakat.
Baca Juga: Staf Khusus Soroti Praktik Jual Beli Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia
"Kegiatan apa saja bisa dimasuki," kata Kaswad Sartono yang juga mantan Kabid PHU Kanwil Kemenag Sulsel.
Dia berharap, penyuluh tetap bekerja keras. Membina kemaslahatan umat tanpa henti, bekerja siang dan malam dengan tekad ibadah. Secara ikhlas dan sungguh sungguh.
Pelaksana Tugas Koordinator Seksi Penerangan dan Penyuluhan Bidang Penaiszawa, Hasan Pinang, melaporkan pemilihan penyuluh teladan diikuti 46 peserta.
Masing masing dua orang tiap kabupaten dan kota. Satu penyuluh PNS dan satu penyuluh non PNS. Mereka didampingi oleh Kasi Bimas Islam Kemenag kabupaten/kota masing masing.
Setiap penyuluh menyampaikan materi penyuluhan, dan dinilai oleh dewan juri. Untuk menentukan yang terbaik. Untuk mewakili Sulsel ke ajang pemilihan penyuluh teladan tingkat nasional.
Baca Juga: Tunjangan Insentif Guru Madrasah Bukan PNS, Cair Rp 300 Ribu ke Rekening
Radikalisme
Staf Khusus Menteri Agama RI Moh Nuruzzaman mengungkap pemetaan penyuluh agama Islam yang telah dilakukan timnya. Dimana ditengarai sekitar 30 persen dari 15 ribu penyuluh agama Islam telah terpapar radikalisme.
"30 persen itu berarti sekitar 4500 penyuluh agama islam yang radikal. Padahal mereka adalah garda terdepan Kementerian Agama dalam peningkatan kualitas keberagamaan di Indonesia," ujar Nuruzzaman.
Staf Khusus Nuruzzaman juga mengulas tentang arti dan indikator moderasi beragama.
"Moderasi beragama bukan memoderatkan agama. Karena sesungguhnya agama itu sudah moderat. Moderasi beragama adalah menengahkan sikap, pandangan, dan praktek beragama. bukan agamanya," tuturnya.
Berita Terkait
Tag
Terpopuler
- Beda Timnas Indonesia dengan China di Mata Pemain Argentina: Mereka Tim yang Buruk
- Ibrahim Sjarief Assegaf Suami Najwa Shihab Meninggal Dunia, Ini Profilnya
- Riko Simanjuntak Dikeroyok Pemain Persija, Bajunya Hampir Dibuka
- Pencipta Lagu Tagih Royalti ke Penyanyi, Armand Maulana: Padahal Dulunya Memohon Dinyanyikan
- Berapa Biaya Pembuatan QRIS?
Pilihan
-
Panduan dan Petunjuk Pembentukan Koperasi Merah Putih: Tahapan, Usaha, Serta Pengurus
-
Bobotoh Bersuara: Kepergian Nick Kuipers Sangat Disayangkan
-
Pemain Muda Indonsia Ingin Dilirik Simon Tahamata? Siapkan Tulang Kering Anda
-
7 Rekomendasi HP Rp 5 Jutaan Terbaik Mei 2025, Memori Lega Performa Ngebut
-
5 Mobil Bekas Murah di Bawah Rp80 Juta, Kabin Longgar Cocok buat Keluarga Besar
Terkini
-
5 Maklumat MUI Kota Makassar Terkait LGBT
-
Rumah Digeledah di Makassar Terkait Kasus Kredit PT Sritex
-
Selvi Ananda Dua Kali Salah: Sulawesi Disebut Sumatera, Ini Reaksi Hadirin
-
Dari Lomba Masak Jadi Jutawan: Kisah Inspiratif Ibu Rumah Tangga Ubah Kelor Jadi Cuan
-
20 Orang Jaga Sapi Kurban Presiden Prabowo! Ini Alasan Juventus Jadi Pilihan Istimewa