Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 06 September 2021 | 13:11 WIB
Outing Class Penguatan Lingkungan Hidup dalam Penerapan Nilai Lokal, di Jalan Daeng Jakking, Kelurahan Parangtambung, Kecamatan Tamalate, Makassar, Jumat, 3 September 2021 [SuaraSulsel.id / Istimewa]

Tamu-tamu dijamu kuliner tradisional seperti putu, roko-roko unti, roko-roko cangkuning, dan baruasa. Hidangan sarabba hangat juga disuguhkan. Acara diakhiri dengan makan kapurung bersama. Bu Nunung mewakili SD Inpres Unggulan BTN Pemda memberikan sumbangan bibit tanaman kepada warga yang diterima Ketua RT 011/RW 07, Hj. Rahmatia.

Outing Class Penguatan Lingkungan Hidup dalam Penerapan Nilai Lokal, di Jalan Daeng Jakking, Kelurahan Parangtambung, Kecamatan Tamalate, Makassar, Jumat, 3 September 2021 [SuaraSulsel.id / Istimewa]

Di Kampung Paropo, peserta outing class didampingi oleh penggiat budaya Yahya Syamsuddin, yang merupakan warga setempat. Peserta diajak melihat Alquran kuno, pengrajin alat musik tradisional keso'-keso, serta pembuatan ketupat daun pandan.

Aktivis hak anak, Rusdin Tompo, ketika berbicara saat pra kegiatan menyampaikan bahwa selama ini kita memanfaatkan alam bukan hanya untuk konsumsi, tapi juga produksi, kesehatan, dan kesejahteraan serta kelangsungan hidup kita pada umumnya. Namun, kita kerap abai memperhatikan pengelolaan alam untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Padahal, jelas penggiat literasi itu, kita punya nilai dan kearifan lokal yang bisa jadi pedoman. Misalnya, pappasang bahasa Makassar yang mengatakan, "Katutui Bonena Alanga Nana Katutui Tongki Bonena Langika." Artinya, jaga isi alam niscaya engkau juga dijaga isi langit.

Baca Juga: Kunci Arema FC Imbangi PSM meski Main dengan 10 Orang

Paseng dalam bahasa Bugis juga ada, yakni "Mangangkalung ribulue, massulappe ripottanangnge, makkoddang ritasiā€™e." Artinya, gunung, daratan, dan laut merupakan lingkungan sumber kehidupan, yaitu tempat mengais rezeki. Karena itu harus dijaga kelestarian dan kesinambungannya.

Load More