Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Jum'at, 20 Agustus 2021 | 05:57 WIB
Warga di Kota Makassar membeli perlengkapan rumah tangga pada 10 Muharram, Kamis 19 Agustus 2021. Umumnya membeli timba atau baskom. Uniknya warga tidak mau menawar harga [SuaraSulsel.id / Lorensia Clara Tambing]

SuaraSulsel.id - Banyak cara dilakukan warga merayakan Hari Asyura pada tahun baru islam atau 10 Muharram. Ada yang melaksanakan ibadah puada, ada juga melakukan kegiatan unik. Salah satunya adalah membeli perabotan rumah tangga.

Tradisi ini masih dilakukan warga Kota Makassar. Terlihat pada Kamis, 19 Agustus, toko peralatan rumah tangga di Kota Makassar diserbu pembeli.

"Dari dulu, dari zaman nenek kami selalu beli timba dan lain-lain setiap 10 Muharram," kata Yeni, salah satu pembeli.

Yeni memborong perabot rumah tangga seperti gayung atau timba, panci, ember hingga baskom. Harganya juga tidak ditawar.

Baca Juga: Keutamaan Puasa Asyura Dan Tata Caranya

Menurutnya, tradisi ini turun temurun dari dulu. Yeni adalah salah satu warga yang masih percaya membeli perabotan penampung air pada 10 Muharram akan mendatangkan keberkahan.

"Saya tidak tahu jelas sejarahnya, tapi katanya akan mendatangkan berkah. Alat penampung air ini ibarat menampung rejeki kita," tuturnya.

Momentum ini juga dimanfaatkan oleh pedagang. Mereka bahkan mendatangkan langsung perabotan rumah tangga dari Jakarta. Karena tingginya permintaan.

Seperti Daeng Nyonri, warga Makassar yang menjual alat dapurnya di Jalan Cendrawasih.

Warga di Kota Makassar membeli perlengkapan rumah tangga pada 10 Muharram, Kamis 19 Agustus 2021. Umumnya membeli timba atau baskom. Uniknya warga tidak mau menawar harga [SuaraSulsel.id / Lorensia Clara Tambing]

Daeng Nyonri mengaku, telah bertahun-tahun menjual perlengkapan dapur. Jika 10 Muharram, keuntungan yang didapat berlipat-lipat.

Baca Juga: Sejarah Puasa Asyura, Dari Hukumnya Wajib hingga Menjadi Sunah

Dalam sehari itu saja, ia bisa mengantongi uang Rp 120 juta. Sebagian besar pembelinya adalah ibu rumah tangga ataupun perempuan paruh baya.

Meski pandemi, pembeli masih tetap ramai. Walau tak seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Dibanding dengan tahun-tahun lalu sebelum pandemi ini agak berkurang. Terpengaruh sekali. Biasanya saya mendapat tidak tentu, tapi dua tahun lalu bisa saya dapat 120 juta dalam sehari," ujar Daeng Nyonri saat ditemui di lapaknya.

Ia mengatakan pada 10 Muharram, tidak ada pembeli yang menawar. Ini yang membuat keuntungannya bertambah.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More