Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 20 Mei 2021 | 20:48 WIB
Esyimasi pantai di Sulawesi Tengah yang diterjang tsunami pada tahun 1938 / [SuaraSulsel.id / Twitter Daryono, Kepala Bagian Mitigasi BMKG]

SuaraSulsel.id - Tanggal 20 Mei 1938. Atau 63 tahun yang lalu. Tsunami menerjang Parigi, Sulawesi Tengah. Sebelumnya terjadi gempa bumi M 8,6 berpusat di Teluk Tomini.

Di Toribulu, air laut surut 80 meter kemudian muncul tsunami dahsyat setinggi 2 sampai 3 meter.

"Ada 14 desa diterjang tsunami. 17 orang meninggal. Korban juga ditemukan di Ampibabo-Parigi 200 orang," cuit Daryono Kepala Bagian Mitigasi BMKG lewat Twitter, Kamis 20 Mei 2021.

Daryono mengingatkan kembali sejarah tsunami dahsyat yang pernah terjadi di Sulawesi Tengah. 63 tahun silam.

Baca Juga: BREAKING NEWS : Kepala Biro Pengadaan Barang dan Jasa Sulsel Dinonaktifkan

Mengutip dari Historia.id, mengambil data National Oceanic and Atmospheric Administration (ngdc.noaa.gov) menyebutkan bahwa pada 19 Mei 1938, gempa bumi berkekuatan M 7,6 di Teluk Tomini.

Gempa bumi terasa hampir di seluruh Pulau Sulawesi dan di sebelah timur Pulau Kalimantan. Gempa mencapai kekuatan terbesarnya di wilayah Parigi.

Gempa mengakibatkan 18 orang meninggal, 942 rumah ambruk dan 184 rumah rusak. Tersebar di 34 desa.

Laporan menyebutkan di permukiman Pelawa, pohon-pohon tumbang. Di permukiman Marantale, tanah retak dan terbelah di perkebunan kelapa. Satu rumah dan tanah di sekitar perkebunan pisang bergeser 25 meter.

Jalan-jalan retak hingga puluhan meter dengan lebar retakan 50 cm. Lumpur mengalir di banyak lokasi.

Baca Juga: Kepala Biro Pengadaan Barang dan Jasa Sulsel Mengaku Kembalikan Uang ke KPK

Di Parigi, sekolah dan gereja ambruk. Wilayah Palu dan Donggala juga terjadi kerusakan. Sedangkan di daerah Poso dan Tinombo, tidak ada kerusakan sama sekali. Meskipun ada guncangan kuat.

Ada banyak gempa susulan. Setelah gempa, tsunami setinggi 2-3 meter dari teluk sekitar Toribulu menerjang ke Parigi.

“Pada 1938 terjadi gempa yang hebat menyebabkan air laut naik menyapu rumah-rumah dan pohon kelapa rakyat di sepanjang pantai Kampung Mamboro, di tepi pantai Barat Kabupaten Donggala,” tulis Masyhuddin Masyhuda dalam buku Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Daerah Sulawesi Tengah.

Pemerintah berharap informasi berkaitan dengan sumber-sumber gempa bumi, potensi tsunami, dan liquifaksi di wilayah Kabupaten Parigi Moutong bisa diakses dengan cepat.

Dalam rangka persiapan untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang belum bisa dipredikasi.

Hal ini memiliki peran strategis dalam penyediaan rekomendasi kebijakan berdasarkan kaidah keilmiahan dan sebagai inisiator penyedia alternatif kebijakan yang implementatif yang didukung oleh data dan fakta yang akurat.

"Dengan mengidentifikasi masalah-masalah strategis baik bersifat aktual maupun potensial. Termasuk prediksi yang nantinya akan dihadapi oleh pemerintah daerah. Baik dalam jangka menengah atau jangka panjang," kata Samin Latandu, Asisten Pemerintahan dan Kesra dalam sebuah seminar di Parigi Moutong.

Samin Latandu juga menambahkan bahwa kawasan pinggiran pantai kota parigi adalah juga merupakan salah satu kawasan permukiman yang cukup padat penduduk.

Maka dari itu sangat diperlukan riset terkait potensi kegempaan, tsunami, dan likuifaksi. Sehingga apabila dilakukan pembangunan infrastruktur atau penataan pemukiman dapat dilakukan perencanaan yang ramah gempa.

Sebagai salah satu tindakan mitigasi atau meminimalisir kerugian yang lebih banyak.

"Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi ancaman gempa tsunami dan Likuifaksi,” ujar Samin latandu.

Load More